Kebijakan Indonesia dalam melakukan lockdown atau Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) berdampak pada berbagai aspek kehidupan. Salah satunya pendidikan di Indonesia. Sistem tatap muka di sekolah diganti dengan sistem daring. Untuk itu peran guru sangat penting dalam mencapai target pembelajaran.
Selain itu pandemi juga sangat berpotensi dalam mengganggu agenda pencapaian SDG-4 yaitu 'Pendidikan Berkualitas untuk Semua.' Dampak yang dihasilkan mencakup dua aspek: Pertama, berkurangnya kualitas pembelajaran di Indonesia karena kurangnya infrastruktur dan sumber daya yang memadai. Kedua, meningkatnya ketimpangan pencapaian pendidikan karena permasalahan ini dirasakan lebih parah oleh masyarakat tidak mampu.
Di Indonesia sendiri kebijakan ini berpengaruh terhadap lebih dari 68 juta siswa dan mahasiswa. Hal tersebut memaksa seluruh sekolah di Indonesia untuk ditutup dan diganti dengan sistem pembelajaran daring. Ditambah lagi pembelajaran daring yang dianggap sangat mendadak, membuat seluruh sekolah tidak mempersiapkannya secara matang. Dampak tersebut juga dirasakan oleh salah satu sekolah di Sukabumi yaitu SMKN 1 Gunungguruh.
SMKN 1 Gunungguruh dahulu memiliki nama SMK Negeri Kecil Gunungguruh. Didirikan pada tahun 2003 dan berlokasi didaerah pedesaan, yaitu di Jalan Veteran Cisaat KM.04, Desa Cibolang, Kecamatan Gunungguruh, Sukabumi.
Pembelajaran daring menjadi pilihan terbaik SMKN 1 Gunungguruh untuk mengatasi permasalahan ini. Walau begitu, keefektifannya masih bergantung terhadap setiap pengguna masing-masing. Kemahiran dalam menggunakan internet dan teknologi di kalangan masyarakat tidak bisa disamaratakan. Ada yang masih belum terbiasa atau bahkan gaptek, sehingga dapat mengganggu efektivitas proses pembelajaran daring. Dengan begitu pencapaian SDGs dalam pendidikan mungkin akan sulit dicapai.
Meskipun melakukan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) secara daring, tetap saja ada praktikum yang mengharuskan siswa SMKN 1 Gununguruh untung datang ke sekolah. Karena mau bagaimanapun juga, sekolah yang sudah berdiri selama 18 tahun itu merupakan sekolah kejurusan. Mau tidak mau para siswa dan guru harus datang ke sekolah untuk melakukan pembelajaran.
Kualitas pendidikan yang harus tetap dijaga ini perlu didukung oleh para pekerja pendidikan. Kemampuan guru dalam memberikan materi pembelajaran pada siswa harus lebih ditingkatkan selama pandemi. Karena faktanya masih banyak siswa di SMKN 1 Gunungguruh yang tidak bisa berkonsentrasi terhadap pembelajaran dalam virtual. Bahkan tidak sedikit yang meremehkan sistem pembelajaran daring dengan menutup kamera atau fokus dengan hal lainnya.
Di sisi lain keterbatasan alat menjadi tantangan lain yang harus dihadapi oleh guru dan siswa di SMKN 1 Gunungguruh. Tidak semua guru dan siswa memiliki perangkat yang memenuhi standar dalam melakukan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) daring. Fasilitas internet pun tidak mudah didapatkan, tidak sedikit siswa maupun guru yang tinggal di daerah yang sulit mendapatkan jaringan internet. Kesulitan-kesulitan ini menyebabkan tidak semua guru dan siswa dapat beradaptasi dalam sistem pembelajaran tersebut.
Meskipun banyak halangan yang dihadapi, SMKN 1 Gunungguruh tetap tidak menyerah dengan keadaan tersebut. Terutama dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, semua harus ikut andil dalam mencapainya. Untuk itu para guru di SMKN 1 Gunungguruh juga harus turun tangan karena pendidikan di Indonesia tidak boleh redup hanya karena pandemi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H