Lihat ke Halaman Asli

Adinda Qomariyah

tidak ada keterangan

Tradisi Nyanggring Hanya Boleh Dilakukan Kaum Pria

Diperbarui: 13 Desember 2021   07:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lamongan - Masyarakat Jawa merupakan masyarakat yang kaya akan berbagai macam tradisi, biasanya tradisi-tradisi masyarakat Jawa tersebut berupa upacara-upacara selamatan yang berhubungan dengan lingkungan hidup dan hari-hari besar keagamaan. 

Dalam konsep orang Jawa selamatan mempunyai makna atau nilai-nilai tersendiri, seperti nilai keagamaan, sosial yang bisa menumbuhkan rasa solidaritas yanki kebersamaan, kekeluargaan, dan kerukunan sekaligus menimbulkan suatu perasaan yang kuat bahwa semua warga adalah sama derajatnya.

Tradisi juga bisa disebut sebagai perbuatan yang wajib dilaksanakan dari jaman nenek moyang sampai saat ini. Bisa disimpulkan bahwa tradisi merupakan wujud dari kebudayaan yang tumbuh dan berkembang dari adanya perbuatan manusia yang dilaksanakan secara turun-temurun, dan juga didasari dengan adanya kepercayaan masyarakat disebuah daerah tertentu dan masih dilestarikan sejak jaman dahulu sampai sekarang. 

Salah satu contoh tradisi yang unik dan masih dilestarikan hingga saat ini yaitu Nyanggring dari Lamongan, Tepatnya di Desa Tlemang Kecamatan Ngimbang.

Menurut cerita masyarakat terdahulu Sanggring atau yang biasa disebut Nyanggring berasal dari kalimat "Sangkaning Wong Gering" yang artinya obatnya orang sakit, sehingga masyarakat mempercayai bahwa Nyanggring adalah satu obat penyakit. Tradisi ini sudah dilakukan secara turun temurun dari nenek moyang terdalu sebagai cara menghormati sesepuh Desa Tlemang.

Proses Kegiatan Nyanggring

Nyanggring merupakan tradisi tahunan yang dilaksanakan setiap tanggal 27 Jumadilawal. Yang dilakukan dalam tradisi ini yaitu memasak olahan berbahan daging, yang biasa dimasak yaitu daging ayam lalu dicampur dengan santan dan bumbu seadanya. 

Keunikan dari tradisi Nyanggring yaitu semua proses dari awal hingga selesai tidak dilakukan oleh kaum perempuan tetapi kaum laki -- laki. Jumlah kaum laki -- laki yang biasanya melakukan tradisi ini sebanyak 40 orang. Dalam prosesnya diiringi dengan pagelaran wayang krucil.

Setelah olahan dari daging itu selesai akan dibawa ke makam Ki Buyut Terik, salah satu tokoh pendiri Desa Tlemang. Ki Buyut Terik atau bisa disebut dhanyang desa, dan nyanggring ini lebih dikenal untuk memperingati hari wisudanya Ki Buyut Terik, wisuda yang dimaksud yaitu pengghargaan dari Sunan Giri atas jasanya yang sudah memberantasi kejahatan didaerah Tlemang.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline