PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP TARI SAMAN
Adinda Nur Azizah
12 IPS 4, SMAN 3 KAB TANGERANG
Tari saman sendiri berasal dari Aceh yang kemudian akan dibawa langsung oleh suku Gayo sebagai suku tertua di wilayah Aceh. Sebagian besar suku ini kemudian menempati wilayah Kabupaten Bener Meriah, Aceh Tengah, dan Kabupaten Gayo Lues) saat merayakan peristiwa-peristiwa penting terkait berbagai adat setempat. Syair yang mengiringi tarian ini juga diisi dengan menggunakan bahasa Gayo.
Dalam kesehariannya, suku Gayo juga terkenal dengan suku yang suka berkelompok. Tarian asal Serambi Mekkah ini kemudian juga dikembangkan oleh ulama besar dari Gayo di Aceh Tenggara, Syekh Saman
Tari Saman juga merupakan pengembangan dari permainan rakyat, Tepuk Abe kian diminati masyarakat Aceh pada saat itu. Kondisi ini jugalah yang membuat Syekh Saman terinspirasi untuk mengembangkan tari Tepuk Abe dengan menyisipkan berbagai syair-syair berisi pujian kepada Allah SWT. Tarian ini juga kemudian menjadi salah satu media dakwah pada saat itu.
Sumber lain juga menyebutkan, kemungkinan-kemungkinan tari tradisional ini berasal dari kesenian Melayu Kuno. Pendapat ini juga diperkuat dengan unsur gerak khas tepuk tangan dan tepuk dada sebagai ciri khas kesenian dari Melayu Kuno. Pada mulanya tari saman hanya dilakukan oleh kaum laki-laki dan tidak lebih dari 10 orang banyaknya.
Sebelum tarian saman ini dimulai, pemuka adat atau syekh akan tampil mengiringi nyanyian untuk mewakili masyarakat setempat dengan memberi nasehat pada para penari dan penonton. Uniknya, penonton tidak akan menemukan instrumen lain kecuali nyanyian dari para penari, juga tepuk paha, tepuk dada, tepuk tangan, dan tepuk lantai untuk menyelaraskan gerakan dengan diiringi syair-syair dari lagu sendiri dari para penarinya. Syairnya juga berisikan pesan moral ajaran Islam yang dapat diresapi oleh para penonton.
Dampak Terhadap Identitas Kultural
Pengaruh globalisasi juga menciptakan tantangan terkait identitas kultural Tari Saman. Penggabungan unsur-unsur global dalam pertunjukan dapat merangsang pertanyaan tentang keaslian dan keberlanjutan budaya lokal. Pemeliharaan esensi tradisional menjadi krusial dalam menghadapi arus globalisasi ini.
Ketidakseimbangan Kuasa
Dalam interaksi global, terdapat ketidakseimbangan kuasa antara kelompok yang memegang kendali atas representasi Tari Saman dan kelompok lokal yang mungkin merasa terpinggirkan. Hal ini dapat merugikan keberlanjutan dan partisipasi komunitas lokal dalam pelestarian kearifan lokal mereka.
Kehilangan Autentisitas Tradisional
Globalisasi dapat mendorong kelompok Tari Saman untuk mengadaptasi gerakan, kostum, atau elemen-elemen tradisional agar lebih sesuai dengan selera global. Hal ini dapat menyebabkan kehilangan keaslian dan karakteristik unik yang membuat Tari Saman menjadi warisan budaya yang berharga.