Lihat ke Halaman Asli

Tinta Hitam

Pluviophile ☔

Keunikan Tradisi Larung Sesaji di Kediri

Diperbarui: 3 Mei 2020   05:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Image by merdeka.com)

Tak ada salahnya bukan untuk mencari tau tentang tradisi-tradisi yang ada di Indonesia ini? Jadi inilah salah satu tradisi yang ada di Indonesia khususnya di wilayah Jawa Timur.

Bulan suro, menjadi bulan yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat, khususnya masyarakat Jawa. Adapun terdapat sebuah tradisi, tepatnya pada tanggal 1 suro, di salah satu daerah di Jawa Timur, yakni Kota Kediri. Tradisi tersebut lebih dikenal dengan sebutan "Larung Sesaji". Jadi seperti apasih larung sesaji itu sendiri?


Larung sesaji sendiri adalah ritual tahunan yang diadakan di sekitar Gunung Kelud tepatnya setiap tanggal 1 suro, yang dilakukan oleh warga desa Sugihwaras dan sekitarnya, karena desa tersebut merupakan desa yang paling dekat dengan akses masuk ke Gunung Kelud. Ritual larung sesaji ini sendiri dilakukan oleh warga desa yang ada disekitar Gunung Kelud sebagai wujud rasa syukur atas hasil bumi yang melimpah ruah. Dalam tradisi larung sesaji tersebut, sesuai dengan namanya, masyarakat biasanya menyediakan berbagai macam sesaji yang didapatkan dari hasil bumi dan ternak, mulai dari berbagai macam buah,sayur-sayuran, hingga ayam ingkung, bahkan selain dari hasil bumi dan ternak, terdapat berbagai bunga yang dibuat untuk sesaji juga.


Pelaksanaan larung sesaji itu sendiri, yakni saat pagi hari telah tiba sesaji yang sudah disiapkan oleh warga akan diarak ke sekitar kawah Gunung Kelud, walaupun namanya larung yang memiliki arti dihanyutkan, namun sesajian itu tidak sampai dihanyutkan ke kawah Gunung Kelud, akan tetapi sesajian itu dikumpulkan beberapa kilometer dari kawah Gunung Kelud, namun tidak hanya sesajian saja yang diarak, ada juga berupa patung Dewi Kili Suci yang diarak menggunakan tandu, Dewi Kili Suci sebenarnya merupakan anak dari Airlangga sekaligus sebagai pewaris tahta Kahuripan. Namun ia memilih mengundurkan diri dan mengubah laku hidup sebagai pertapa yang sekarang dikenal dalam cerita sejarah sebagai sosok Dewi Kili Suci.

Setelah itu dilakukan do'a bersama oleh pemuka Gunung Kelud. Dan do'a yang dipanjatkan ialah doa memohon keselamatan untuk warga Kediri sekaligus meminta berkah kepada sang Maha Pencipta. Setelah itu, sesajian tersebut diperebutkan oleh warga yang ikut berpartisipasi dalam ritual tersebut, khususnya seperti buah-buahan, sedangkan sesaji yang berupa tumpeng serta lauk pauknya akan digelar dan dimakan bersama-sama disana. 

Rombongan yang terdiri dari warga desa maupun penonton akan saling beradu cepat mendapatkan isi sesajian tersebut. Tidak peduli anak-anak, tua, maupun muda, semua menjadi satu.

Berebut isi sesaji dan mendapatkannya diyakini bisa mendatangkan berkah tersendiri. Selain itu, selama pelaksanaannya, orang-orang yang terlibat memperebutkan isi sesaji juga tampak bergembira menikmati kebersamaan.

Saat siang hari, perayaan larung sesaji terlihat seperti pesta rakyat yang digelar begitu meriah. Rombongan yang terdiri dari warga dan penonton mulai berangkat berjalan kaki menuju ke Puncak Gunung Kelud. Dari tempat pemberangkatan, rombongan larung sesaji perlu menempuh perjalanan dengan medan menanjak sekitar satu kilometer.

Rangkaian acara ritual larung sesaji ini juga dimeriahkan oleh penampilan tari reog dan bujang ganong. Reog yaitu tarian tradisional dalam arena terbuka yang berfungsi sebagai hiburan rakyat, mengandung unsur magis, penari utama adalah orang berkepala singa dengan hiasan bulu merak, ditambah beberapa penari bertopeng dan berkuda lumping. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline