Lihat ke Halaman Asli

Adinda Putri

Mahasiswa

Sinetron, Apakah Masih Layak untuk Ditonton?

Diperbarui: 8 Januari 2024   07:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://www.freepik.com/free-vector

Sinetron merupakan acara televisi yang memiliki genre fiktif yang  dibuat khusus untuk media elektronik. Namun, dalam praktiknya, saat ini sinetron biasa menjadi sebutan untuk film serial yang ada di dalam media televisi.  

Sinetron pertama di Indonesia memiliki judul "Sebuah Jendela" yang ditayangkan oleh saluran televisi  TVRI pada tahun 1962. Pada masa itu, sinetron TVRI awalnya dianggap memiliki kualitas yang kurang baik karena diproduksi oleh pegawai saluran televisi saja dan tidak bersama pekerja seni film lain. Hingga pada akhir tahun 1980, TVRI akhirnya bekerja sama dengan sutradara film yang berpengalaman agar dapat memberikan sinetron yang baik untuk ditampilkan di televisi. 

Di masa sekarang, Sinetron sering dianggap sebagai tayangan yang memiliki kualitas rendah  dibandingkan dengan acara tv atau drama dari negara lain. Alasannya adalah cerita sinetron dianggap  kurang mendidik serta sering mengandalkan alur yang berulang serta mudah diprediksi. Selain itu. Sinetron juga seringkali berfokus pada membuat episode sebanyak mungkin tanpa  memikirkan kualitas detail tayangan untuk memaksimalkan profit.

Lain halnya dengan sebuah web series. Web series merupakan film pendek yang ditayangkan di sebuah website internet dan dibagi  menjadi beberapa episode. Sekilas, web series mirip dengan sinetron. Namun, terdapat banyak perbedaan diantara keduanya. Diantaranya adalah Sinetron disiarkan pada televisi konvensional  di waktu tertentu, sementara web series disiarkan dalam format daring dan dapat diakses  kapan saja. 

Selain itu, perbedaan lainnya adalah Sinetron seringkali tayang dengan  episode yang panjang serta cerita yang dramatis, Sedangkan web series biasanya memiliki durasi  yang lebih pendek serta fleksibel dalam memilih alur cerita serta kreativitas produksi. 

Dari perbedaan tersebut terlihat juga ketimpangan antara sinetron dengan web series.  Ketimpangan ini terlihat dari format, produksi, dan distribusi. Sinetron cenderung memiliki  format yang sudah terikat serta waktu tayangnya yang cepat. Sinetron juga sering menggunakan  alur cerita yang rumit dan berlebihan. Namun, karena adanya keterbatasan waktu juga membuat  sinetron lambat dalam mengeksplorasi karakter lebih dalam. 

Di sisi lain, web series tayang dengan format daring dan banyak diproduksi dengan independen  atau diwadahi oleh platform digital. Web series memiliki fleksibilitas dalam durasi episode dan  jadwal tayang serta memungkinkan eksperimen atau eksplorasi yang lebih besar dalam segi plot  cerita dibanding sinetron. 

Menurut survei yang dilakukan oleh Indikator politik, masih ada 36,1% responden masyarakat  indonesia yang masih sering menonton TV, dan 45,7% dari jumlah tersebut sangat menikmati  acara hiburan seperti pertandingan olahraga dan sinetron. 

Alasan dibalik banyaknya jumlah  penonton tayangan hiburan ini adalah Sinetron memiliki plot cerita yang menggugah emosi  sehingga bisa membuat penonton tertarik sebagai tayangan istirahat setelah menjalani rutinitas. Alasan lainnya adalah beberapa sinetron dapat membuat sinetron terjebak dengan karakter di  dalamnya secara emosional. Bahkan sampai ada seorang penonton setia yang gregetan melihat  tokoh antagonis yang ada di dalam sinetron tersebut. 

Saat menonton sinetron, penonton memiliki peran penting untuk menyikapi tayangan tersebut.  Hal yang dapat dilakukan oleh penonton diantaranya menonton secara kritis dan tidak langsung menerima apa yang ditampilkan, bersikap selektif, memiliki pemahaman bahwa tayangan tersebut hanya  hiburan, serta berdiskusi dengan orang lain untuk memahami lebih pesan yang disampaikan oleh  tayangan tersebut. Diharapkan dengan pendekatan tersebut, masyarakat bisa lebih bertanggung  jawab dan sadar dalam menyikapi sinetron dan tayangan lain yang mereka tonton. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline