Rezeki sudah diatur oleh Tuhan, begitu kata orang-orang untuk menenangkan keresahannya sendiri dalam berlomba-lomba mendapatkan cuan. Meskipun sudah diatur oleh Tuhan, rezeki harus dijemput oleh siapa yang ingin mendapatkannya. Di samping usaha itu elok nya diiringi dengan ikhtiar dan do'a-do'a.
Seorang penjual atau pedagang cilok yang berjualan di depan Indomaret Jl. Monjali mengaku nekat mencari nafkah dengan modal seadanya. Kebutuhan yang mendesaknya untuk mengadu nasib di kota orang dengan bekal seadanya dan keberanian sebesar-besarnya. Penjual ini dengan semangat berkobar nya memutuskan untuk merantau ke Yogyakarta meski dengan modal sekecil-kecilnya.
Penjual ini datang dari Ciamis. Sebuah kabupaten di Jawa Barat yang ekonominya didominasi oleh sektor pertanian dan industri kecil. Ciamis mempunyai sektor utama yaitu pertanian, dengan komoditas utamanya yaitu padi, kopi, tebu, serta sayuran. Selain bertani, masyarakat Ciamis juga berekonomi sebagai pedagang. Ciamis memiliki pasar tradisional yang aktif. Selain itu ada juga hal yang menarik di Ciamis, yaitu pengembangan sumber daya manusia. Dimana Pemerintah daerah Ciamis terus mengembangkan sumber daya manusia melalui pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan tenaga kerja lokal, sehingga dapat mengakomodasi kebutuhan pasar tenaga kerja dalam sektor pertanian, industri, dan pariwisata.
Lalu apa yang membuat penjual ini memilih merantau ke Kota orang? atau ke Yogyakarta?
Secara keseluruhan, ekonomi Ciamis masih sangat bergantung pada sektor pertanian dan industri kecil, meskipun upaya terus dilakukan oleh pemerintah agar ekonomi dan kesejahteraan masyarakat meningkat secara menyeluruh. Namun, perataan tersebut belum dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat Kabupaten Ciamis.
Meski mengetahui UMR di Jogja tidak telalu tinggi, penjual ini tetap nekat memutuskan untuk merantau mencari uang di Jogja. Dengan alasan meskipun UMR Jogja kecil namun mencari lapangan pekerjaan di Jogja tergolong cukup mudah.
Cilok Indomaret, begitulah orang-orang di sekitar Jl. Monjali menyebutnya. Letak jualannya yang di depan Indomaret ini membuat setiap orang yang melewati jalan itu hafal dengan keberadaannya. Penjual ini berjualan setiap hari dimulai dari menjelang siang hari, lebih sering sekitar pukul 11.30 siang, atau bahkan tak jarang kurang dari jam tersebut. Penjual berangkat ke depan Indomaret dengan berjalan kaki dari kontrakannya yang terletak di daerah Karangjati, atau kurang lebih 1,2 km dari Indomaret Monjali tersebut.
Berjalan sejauh 1,2 Km membuatnya harus mengumpulkan tenaga yang cukup besar ketika berangkat jualan. Penjual ini pun pasrah dengan berapa hasil yang ia dapatkan di hari itu. Sebagai penjual dia memahami bagaimana resiko berjualan. Nyatanya, Cilok yang merupakan makanan tradisional terbuat dari tepung kanji yang direbus dan disajikan dengan bumbu saos ini, memiliki pasar yang cukup baik di tengah-tengah kepadatan kota pelajar ini.
Seperti perjalanan hidup pada umumnya, perjalanan penjual ini tidak setiap hari mudah. Meskipun jualan ciloknya terbilang laris, hari-hari di mana penjual ini harus bertahan dengan kenyataan sepi pembeli. Seperti halnya Cuaca yang tidak menentu, kadang panas kadang juga hujan, bahkan sampai deras, begitu juga dengan berjaualan, ada kalanya sepi ada kalanya ramai, ujar penjual ini (5/6/2024). Namun, dia terus tegar menjalani rutinitasnya, karena tiap biji cilok yang terjual tetap dia syukuri sebagai rezekinya.