Malang - Kelompok 11 KKN FBD-JANTRA baru saja menyelesaikan program kerja film dokumenter tentang Desa Sukolilo yang bertajuk "Wijining Sukolilo, Sumber Urip lan Kahanan". Pada tanggal 24 Juni hingga 3 Agustus 2024, mereka melalui berbagai tahapan produksi untuk membuat film dokumenter yang menyoroti potensi ekonomi budaya pertanian desa tersebut.
Film ini diproduksi oleh Elizabeth Aurellia Rataweyming sebagai produser, Muhammad Elga Johan Prasetyo sebagai sutradara, Tesa Kemala Putri sebagai penulis naskah, dan Edesius Rico Andana Salom sebagai camera person sekaligus editor. Film dokumenter ini tidak hanya sekadar memperlihatkan keindahan alam dan budaya yang ada di Desa Sukolilo, tetapi juga memiliki tujuan untuk menumbuhkan rasa memiliki di kalangan masyarakat terhadap kekayaan desa mereka.
Proses produksi film dokumenter ini telah direncanakan dan melalui empat tahapan. Pada tahap development naskah dan pra-produksi yang berlangsung dari 27 Juni hingga 2 Juli 2024, tim melakukan pendekatan dengan narasumber dan menyusun naskah.
Syuting film ini dilaksanakan sejak tanggal 3 hingga 24 Juli 2024, mengabadikan berbagai aspek kehidupan di Desa Sukolilo mulai dari lanskap desa hingga keunikan budaya yang menarik. Tahap akhir dari produksi film ini adalah pasca produksi, di mana film ini diedit dan dipersiapkan untuk ditayangkan pada Festival Budaya yang telah digelar pada tanggal 3 Agustus 2024.
"Produksi film dokumenter ini memang menjadi pengalaman pertama kami produksi di desa dengan masyarakat yang belum kami kenal. Tapi, kami berharap film ini dapat relevan dengan kondisi masyarakat di Sukolilo sehingga pesan yang ingin kami sampaikan bisa diterima dengan baik," ungkap Muhammad Elga Johan Prasetyo, sutradara film dokumenter ini.
Film ini menceritakan tentang Desa Sukolilo yang dikenal sebagai penghasil rumput taman yang dikirimkan ke berbagai perusahaan. Namun, jauh sebelum itu, Sukolilo telah menjadi penghasil gula merah yang diwariskan secara turun-temurun hingga saat ini. Selain itu, Sukolilo juga terkenal dengan jajanan khasnya, krupuk samiler, yang diminati oleh masyarakat dan didistribusikan hingga ke luar kota.
Masyarakat yang berkecimpung dengan pelestarian potensi tersebut sering menghadapi berbagai rintangan. Salah satunya adalah terdampak Pandemi Covid-19 dan pasang surut minat konsumen. Namun, setiap rintangan tidak mematahkan semangat mereka untuk melestarikan budaya dan produk desa agar tetap terjaga, termasuk dengan cara beradaptasi dengan zaman.
Melalui film dokumenter ini, kelompok 11 berharap dapat meningkatkan kesadaran masyarakat Desa Sukolilo dengan potensi besar yang mereka miliki, serta mendorong pelestarian budaya dan ekonomi agraria yang menjadi nafas kehidupan di desa tersebut. Film ini menjadi bukti nyata bahwa dengan kolaborasi dan dedikasi, potensi lokal dapat diangkat ke permukaan dan diperkenalkan kepada dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H