Pada hari Senin, 8 Juli 2024, Mahasiswa Membangun Desa (MMD) Universitas Brawijaya (UB) telah menyelenggarakan kegiatan Implementasi Perangkap Feromon Sebagai Pengganti Pestisida Kimia Perkebunan di desa Bocek, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang.
Implementasi ini bertujuan untuk memperkenalkan perangkap feromon sebagai alternatif pestisida kimia yang ramah lingkungan dan ekonomis. Melalui kegiatan ini, petani akan diajarkan tentang cara pembuatan perangkap feromon, manfaat bagi tanah dan tanaman, serta teknik aplikasi yang tepat. Kegiatan ini menargetkan pelaku usaha perkebunan atau kelompok tani di Desa Bocek sebagai pesertanya.
Saat ini masih banyak petani di Desa Bocek yang masih menggunakan pestisida kimia secara intensif. Penggunaan pestisida kimia yang berlebihan dapat merusak struktur tanah dan mengurangi kesuburan jangka panjang. Dalam upaya meminimalisir dan mengurangi dampak penggunaan pestisida kimia yang telah diaplikasikan secara intensif oleh petani, MMD UB melaksanakan kegiatan implementasi perangkap feromon untuk hama lalat buah.
Program kerja ini melibatkan Adinda Aura Citra Syafii, mahasiswa Fakultas Pertanian sebagai penanggungjawab dalam berjalannya kegiatan hingga selesai. "Perangkap feromon sangat mudah dibuat dan diaplikasikan untuk mengendalikan hama lalat buah" ujar Adinda. Antusiasme petani terlihat jelas ketika berdiskusi dan mempraktikkan cara pembuatan perangkap feromon dari botol plastik.
Program kerja ini dibuka dengan penyampaian materi oleh Adinda Aura Citra Syafii untuk memberikan pengetahuan umum tentang feromon kepada petani menggunakan bahasa yang mudah dipahami. Praktek pembuatan feromon dilakukan tepat setelah materi disampaikan oleh pemateri.
Proses pembuatan dilakukan secara perlahan (step by step) agar petani dapat memperhatikan dengan baik. Program kerja ini dapat memberikan pengetahuan yang mudah dipraktekkan petani suatu saat nanti untuk mengendalikan hama terutama lalat buah.
Penggunaan feromon, khususnya metil eugenol, sebagai perangkap lalat buah merupakan metode yang efektif dan ramah lingkungan untuk mengendalikan hama. Dengan pelatihan dan penerapan yang tepat, kelompok tani dapat mengurangi kerugian akibat serangan lalat buah, meningkatkan hasil pertanian, dan menjaga kesehatan lingkungan.
Implementasi metode ini diharapkan dapat menjadi solusi berkelanjutan bagi para petani dalam menghadapi tantangan hama. Program kerja ini sangat diterima dengan baik dan petani dapat memperoleh ilmu pengetahuan baru dalam hal pengendalian hama. Materi yang disampaikan dapat mudah dipahami, sehingga petani merasa senang dan proses diskusi berjalan dengan sangat lancar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H