Tentu saja, tidak. Membuat resolusi tahun baru itu mudah, menyelesaikannya itu yang agak sulit. Karena sulit tidak jarang kita memutuskan untuk berhenti atau mencobanya lagi di tahun depan. Sekarang sudah masuk bulan Februari, bagaimana kabar dari resolusi-resolusi yang sudah kamu tulis?
Untuk kamu-kamu yang kesulitan menyelesaikan resolusimu, ayo kita coba gali kenapa ya rasanya sulit menyelesaikan resolusi yang sudah dibuat? Setelah itu kita bisa cari tahu bagaimana caranya untuk bisa menghadapi tantangan-tantangan ini untuk bisa mencapai new year, new me!
Kenapa sih resolusi tahun baru susah dicapai?
Tidak berhasil menyelesaikan resolusi tahun baru adalah tantangan yang banyak dihadapi oleh orang-orang. Bahkan, hanya 10% yang bisa mempertahankan resolusinya, itupun dalam rentang waktu beberapa bulan saja. Apa yang membuat 90% nya tidak berhasil?
1. Panas di awal, dingin di akhir
Ketika jadi mahasiswa baru, biasanya maba akan lebih rajin belajar karena mau lulus cum laude. Kemudian ketika jadi mahasiswa semester akhir, biasanya mahasiswa akan mengerjakan skripsi dengan pikiran ‘nggak peduli cum laude atau nggak, yang penting lulus!’. Perubahan komitmen ini juga terjadi ke orang-orang dengan resolusi tahun barunya. Menurut penelitian, di minggu pertama 77% orang masih menjaga komitmen mereka ke resolusi tahun barunya. Saat 1 bulan berlalu, turun menjadi 55%. Kemudian 6 bulan berlalu, turun lagi menjadi 40%. Pada akhirnya, hanya 19% orang-orang yang berhasil menjaga komitmennya secara full.
2. Tujuan yang dibuat terlalu…
Ada beberapa jenis ‘terlalu’ yang membuat sebuah tujuan susah dicapai. Terlalu banyak tujuan yang kamu buat akan membuat kamu kewalahan. Tujuan yang terlalu ambigu juga sulit dicapai karena tidak jelas, misalnya dengan tujuan ‘ingin sehat’. Ini tidak jelas artinya karena definisi ‘sehat’ itu luas sekali. Tujuan yang terlalu sulit dan tidak realistis juga jangan dimasukkan, misalnya ingin jadi juara 1 di lomba maraton, padahal tidak punya pengalaman. Terakhir, tujuan-tujuan yang di set terlalu jauh di masa depan juga tidak efektif.
3. ‘Kenapa? Supaya kelihatan keren aja.’
Fun fact, resolusi yang paling umum dibuat adalah ingin turun berat badan, ingin berhenti merokok, dan ingin mulai lebih sering olahraga. Ini semua adalah resolusi yang bagus, tapi kalau resolusi ini muncul karena tekanan dari orang lain dan bukan karena keinginan diri sendiri, kemungkinan suksesnya akan semakin kecil. Selain itu, resolusi yang dibuat karena orang lain (disuruh, ingin menyenangkan orang lain, dan sejenisnya) juga membuat kita lebih rentan mengalami konflik intrapersonal, yaitu saat keinginan kita yang ‘tidak mau’ bertabrakan dengan resolusi dari orang lain. Akibatnya? Kita jadi sering merasa tidak nyaman dan gelisah.
4. Strategi untuk mencapai tujuan tidak ada
Ketika sebuah klub olahraga punya tujuan untuk menang, tidak ada klub yang kemudian diam menunggu hari pertandingan menunggu takdir. Mereka punya coach yang menyusun jadwal latihan dan membuat strategi agar timnya bisa mencapai tujuan itu. Ini juga berlaku ketika kita membuat resolusi tahun baru, tanpa strategi dan rencana yang jelas tentang bagaimana kita akan memulai dan menghadapi tantangan yang muncul, kemungkinan kesuksesan akan mengecil.
Bagaimana caranya menghadapi tantangan-tantangan ini?
Jangan khawatir karena hal-hal yang kita bahas tadi bisa dihadapi, ini adalah beberapa hal yang bisa kamu lakukan untuk menghadapinya.
1. You can and you will!
Jangan sampai banyaknya tantangan yang harus dilalui malah membuat komitmenmu jatuh, have faith in yourself! Lebih percaya diri dengan kemampuanmu sendiri. Saat seseorang percaya akan kemampuannya, dia akan menjadi lebih tahan banting ketika menghadapi kesulitan dan tentunya kemungkinan menyelesaikan resolusi tahun barunya juga akan jadi lebih besar. Kamu tipe orang yang minderan? Kamu bisa coba memberi semangat diri sendiri secara verbal, jaga mood mu (mood baik membuat kamu jadi lebih mudah untuk jadi percaya diri), dan terpenting adalah cari pengalaman sebanyak mungkin. Kita jadi percaya diri ketika diri sudah terbiasa.
2. Buat tujuan yang terstruktur
Salah satu cara membuat resolusi yang baik adalah dengan menggunakan teknik SMART. Teknik SMART bilang tujuan itu harus Spesific, Measureable (dapat diukur), Achievable (bisa diraih), Realistic, dan Time-bound (punya batas waktu). Contohnya, kamu ingin lebih banyak membaca buku di tahun ini jadi resolusimu adalah ‘Membaca 1 buku per bulan’. Ini adalah resolusi yang SMART karena spesifik ke upayamu untuk membaca buku, dapat diukur yaitu 1 buku, achievable dan realistis karena waktu 30 hari adalah waktu yang lama dan cukup untuk menyelesaikan 1 buku, dan punya batas waktu yaitu 1 bulan.