Hujan dengan intensitas tinggi yang mengguyur wilayah Sulawesi Selatan secara terus-menerus menyebabkan tergenangnya daratan Makassar. Wahana Lingkungan Hidup Indonesial (WALHI) Sulawesi Selatan menilai banjir terparah selama 11 tahun terakhkir yang melanda Makassar ini salah satunya disebabkan oleh rendahnya tingkat resapan air yang dapat ditampung oleh tanah di Makassar.
Banjir rob atau banjir pasang surut air laut yang terjadi pesisir Sulawesi Selatan pada tanggal 5 – 7 Desember 2021 lalu juga menambah beban tampungan air pada tanah di pesisir pantai. Kondisi ini menyebabkan air dari banjir rob naik hingga ke wilayah yang bukan wilayah pesisir pantai.
Hal ini disebabkan banyaknya pembangunan yang menutup bagian resapan air karena sebagian besar pembangunan tersebut dilakukan dengan membuka lahan baru seperti hutan yang menjadi wilayah utama resapan air. Daerah Aliran Sungai (DAS) yang rusak juga menjadi faktor pendukung naiknya air hingga ke pemukiman penduduk.
Pada tahun sebelumnya, Pelaksana Tugas Gubernur Sulawesi Selatan, Andi Sudirman Sulaiman mengatakan bahwa banjir tahunan yang terjadi di wilayah Sulawesi Selatan disebabkan oleh pengembangan perumahan yang tidak memperhatikan dan bahkan menutup aliran sungai.
Meskipun ketinggian air mulai turun, masyarakat masih memilih bertahan di pos pengungsian karena khawatir akan adanya banjir susulan. Hingga saat ini, setidaknya ada 9 wilayah di Sulawesi Selatan yang tergenang banjir dengan jumlah pengungsi yang terus meningkat hingga mencapai 6.102 jiwa yang tersebar di 58 titik pengungsian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H