Lihat ke Halaman Asli

Lega, Setelah Melihat Iklannya di TV

Diperbarui: 24 Juni 2015   05:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13845299591393063907

[caption id="attachment_278253" align="aligncenter" width="400" caption="Ilustrasi minyak angin roll on (pict. by google.com)"][/caption]

Ini sedikit cerita tentang saya dan minyak angin, sewaktu mudik pulang kampung lebaran Juli lalu. Perjalanan saya untuk mudik biasanya lewat jalur darat, naik bus Lorena. Nah, kalau naik bus saya kurang cocok dengan AC nya yang terlalu dingin. Bisa membuat saya masuk angin.

Saya ingat sewaktu pertama kali melakukan perjalanan Lampung-Malang  naik bus executive ini. Ibu selalu mengingatkan untuk membawa minyak angin, untuk menghangatkan perut kata beliau, juga supaya nyaman selama perjalanan.

Ngomong-ngomong, minyak angin yang busa kita jumpai sekarang sudah berevolusi kemasannya. Dulu bawa-bawa minyak angin itu bikin malas, soalnya kemasan yang dulu kan harus diteteskan. Kadang kalau tidak hati-hati busa tumpah. Kini kemasan minyak angin sudah lebih modern. Roll on, jadinya praktis.

Pun begitu juga dengan aromanya, sudah lebih ramah, tidak seperti dulu yang baunya kebanyakan menyengat. Kini, dengan wangi aroma terapi yang bermacam-macam variannya, kita tidak perlu merasa risih lagi dengan wanginya.

Nah, pas mudik ke Lampung jelang lebaran kemarin, saya lupa membeli minyak angin roll on. Namanya naik bus jarak jauh dengan banyak penumpang, tentu busnya tidak bisa sembarang berhenti dimana ada toko atau minimarket. Berhentinya hanya di rumah makan atau SPBU saja.

Setelah dua rumah makan kami hampiri (pada dua jam makan berbeda yang rentang waktunya lumayan), dan ternyata di keduanya saya tidak menemukan minyak angin yang dicari, saya pun mulai panik. Badan mulai kurang enak, butuh “kehangatan” minyak angin, hehehee. Untunglah sewaktu berhenti di sebuah SPBU (lupa persisnya dimana, yang jelas masih di Jawa Tengah). SPBU kali ini ada minimarketnya. Dan di sini lah saya mendapatkan minyak angin roll on yang saya butuhkan. Tapi sayangnya, merk yang ada waktu itu tidak terkenal.

Ok, saya kebetulan mengukurnya berdasarkan apa yang saya lihat di tv. Dan saya kira beberapa minggu sebelumnya saya tidak menemukan iklan minyak angin ini di tv. Meski agak ragu, tetap saja saya ambil.

Ketika saya pakai pun, saya kira sama saja dengan minyak angin roll on merk lain. Cukup bisa menghangatkan, bisa jadi panas juga kalau mengolesnya berlebihan. Oiya, nama mereknya ada matic-matic-nya begitu. Bukan sejenis model transmisi kendaraan tapi lho ya :P

Saya kira, namanya yang dimilikinya cukup tidak biasa (kalau tidak mau berlebihan disebut anti-mainstream). Di saat merek lain punya nama ini-care atau itu-care lah, dia justru menyandang nama dengan akhiran ”–matic”. Cukup sederhana. Kemasannya juga bukan wadah kotak karton seperti beberapa rivalnya (ceilah, berasa sedang meng-compare dua jenis gadget saja). Wadahnya seperti kalau kita beli lem Alteco, karton datar di belakang dengan mika menyembul membentuk bodi minyak angin ini.

Lanjut, aneh memang. Sepanjang sisa perjalanan, badan saya pun baik-baik aja. Cukup hangat sudah badan ini ditengah dinginnya AC di dalam bus (btw saya memang kurang tahan dengan udara dingin). Tapi ada perasaan kurang lega karena itu tadi, belum pernah melihat iklannya di tv.

Nah, singkat cerita di kampung halaman, beberapa hari kemudian baru saya lihat iklan minyak angin “matic” ini ada di tv. Entah kenapa ada sedikit perasaan leganya begitu lihat iklan ini. “Worthed berarti”, begitu batin saya dalam hati.

Ya mungkin begitulah kita, terlalu sering mengukur apapun disekeliling kita dengan apa yang kita lihat di tv. Salah satu contohnya, sulit mau percaya kalau belum melihat iklannya.

*btw minyak angin roll on ini masih setia menemani saya kalau sedang tidang enak badan :)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline