Lihat ke Halaman Asli

Pabrik Industri Sebabkan Krisis Air dan Banjir Kepemukiman Warga

Diperbarui: 24 Juni 2015   05:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1382797128814659275

SOLOKANJERUK (GM) - Sedikitnya 70 kepala keluarga (KK) atau 200 jiwa di Kp. Menje, RT 01/ RW 14, Desa/Kec. Solokanjeruk, Kab. Bandung, dalam sepekan terakhir mengalami krisis air bersih. Padahal pada mu­sim hujan daerah tersebut kerap dilanda banjir setinggi 50-70 cm. Di sisi lain, kampung yang ada di belakang perusahaan PT KahaGroup So­lokanjeruk itu seringkali diselimuti asap hasil pembakaran batu bara. Akibatnya, sejumlah warga diindikasikan me­ngalami penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Berbagai keluhan masyarakat itu disampaikan Ketua Paguyuban Warga Pe­duli Lingkungan (Pawapeling) Kec. So­lokanjeruk, Adi Mulyadi kepada “GM”, Jumat (25/10). Menurut Adi, krisis air bersih terjadi tersebut wilayah ini be­lum tersentuh programpipanisasi dan saluran air dari perusahaan daerah air minum. “Sehari-harinya warga menggunakan air sumur untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sementara air sumurnya kering,” katanya. Keringnya air sumur diduga kuat ka­rena air tanah di kawasan perkampungan tersebut tersedot sejumlah sumur artesis di kawasan industri tersebut. “Soalnya hasil investigasi di lapangan, ada satu perusahaan industri memiliki tiga sumur artesis,” katanya. Menurutnya, persoalan itu diduga karena ada unsur pembiaran dari pihak perusahaan maupun pemerintah. “Me­reka bukan berarti tidak tahu,” katanya. Persoalan lainnya pencemaran udara yang disebabkan asap dari cerobong pembakaran batu bara. Warga yang rumahnya berdekatan dengan perusahaan khawatir terserang ISPA. “Polutan dari pembakaran batu bara itu ada yang sampai ke halaman rumah. Bahkan, ada warga sampai mual-mu­al,” katanya. Dekat pabrik Menurutnya, Kp. Menje rawan pen­ce­maran lingkungan karena letaknya berdekatan dengan lokasi pabrik. Ditambah perusahaan juga mengalami perluasan hingga menyebabkan kerusakan lingkungan. “Sampai saat ini, untuk masyarakat yang menjadi korban belum ada perhatian dari pemerintah maupun perusahaan. Seolah kampung ini akan diusir,” katanya. Warga yang dekat dengan lokasi industri juga menjadi korban kebisingan lingkungan selama 24 jam. Tak jarang persoalan lingkungan itu juga menimbulkan gesekan di antara mereka. “Apalagi saat banjir, ada di antara war­ga yang nekat menutup saluran pembuangan air cileuncang dari ka­wasan industri. Tujuannya supaya air tidak terlalu besar hingga menimbul­kan banjir,” katanya. Ia mengatakan, saluran air di bela-kang perusahaan terlihat dangkal karena tidak terawat. Sehingga dengan kondisiinfrastruktur yang buruk itu, banjir tidak hanya terjadi di Kp. Menje. Kampung Mundel RW 04 juga rawan banjir saat musim hujan tiba. Sumber: http://www.klik-galamedia.com




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline