Lihat ke Halaman Asli

Adi Mulyadi

Mahasiswa Komunikasi Digital & Media

Kampanye Pemilu dari Desain Hingga Menjadi Sampah

Diperbarui: 11 Februari 2024   10:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Di saat mendekati pemilu di tahun 2024, tidak sedikit dari para capres atau wacapres,caleg membuat baliho atau spanduk untuk mendapatkan dukungan maupun perhatian dari banyaknya masyarakat. 

Perihal tersebut tidak sedikit juga dari masyarkat malah merasa terganggu adanya baliho yang dipasang hampir disetiap jalan dan memicu perdebatan hangat ditengah masyarakat. Dalam opini saya bahwa, adanya baliho yang dipasang dihampir setiap jalan, justru membuat sampah visual yang tidak efektif.

Apakah dengan dipasangnya berbagai baliho akan membantu masyarakat dalam memilih atau malah membuat masyarakat bingung? Selain itu, baliho-baliho juga membanjiri ruang publik yang seharusnya menjadi tempat bagi interaksi sosial dan aktivitas masyarakat. 

Jalan-jalan yang seharusnya menjadi tempat untuk berjalan dan ruang aktivitas publik dan kini sudah dibanjiri oleh iklan-iklan politik yang berlebih, hal ini dapat menganggu keseimbangan antara ruang publik dan ruang pribadi.

Spanduk Politik Menjadi Pesan dan Kebingungan
Spanduk atau baliho yang dipasang disetiap sudut kota memang sudah menjadi sarana kampanye. Namun apakah dari pemasangan baliho akan efektif dalam membantu suksesnya kampanye? selain itu baliho juga dapat menjadi sampah visual maupun lingkungan, kenapa?

Pertama baliho kampanye yang dibuat berdasar bahan plastik, dimana plastik sendiri adalah limbah yang sulit untuk terurai oleh alam, ini berarti baliho yang tidak terpakai lagi akan menjadi sampah yang bertumpuk. Kedua, proses produksi baliho juga dapat mencemari lingkungan karena menggunakan sumber daya yang besar hingga polusi yang dihasilkan dari perbuatan baliho tersebut.

Baliho yang di pasang di setiap sudut kota juga menjadi sampah visual, karena banyaknya baliho yang beragam dari sisi desain, warna dan konsep, dengan pemasangan baliho yang tidak teratur, ini menjadi hal yang perlu diperhatikan.

Kesenjangan Visual Spanduk Politik Tidak Efektif dalam Berkomunikasi
Memang untuk pemasangan baliho di sepinggir jalan menjadi salah satu strategi bagi para pemilu untuk memperkenalkan dirinya pada masayarakat, dengan melihat situasi masyarakat yang mungkin masih jauh dari teknologi digital para caleg memilih untuk memasang baliho di sepanjang jalan. 

Namun pemasangan baliho yang masih menjadi strategi pengenalan kandidat kepada masyarakat kurang efektif untuk masa kini. Tidak perlu diragukan lagi bahwa masa kini di tahun 2024 teknologi internet sudah hidup berdampingan dengan kita. 

Di era serba digital ini semua dapat di kaitkan dengan media sosial, dengan memberdayakan teknologi sebagai strategi pengenalan kandidat dapat lebih meminimalisir sampah bagi lingkungan maupun visual.

Spanduk atau baliho sebagai alat praga kampanye yang berada dipinggir jalan itu bisa mengganggu secara visual bisa dikatakan menjadi sampah visual selama bulan desember 2023- januari 2024 itu lebih terbuka, secara manfaatnya atau fungsinya itu kurang efektif karena orang- orang yang melihat pada bingung tidak ada gagasan di spanduk tersebut apabila ada gagasan- gagasan tersebut itu jauh lebih menarik bisa ditampilkan sebaik mungkin itu juga bisa jadi target marketing.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline