Lihat ke Halaman Asli

Baguskah "Code-Mixing"???

Diperbarui: 26 Juni 2015   04:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Bahasa, apa sih yang bisa kita katakan tentang "Bahasa"? Bahasa itu secara dasar adalah alat komunikasi yang berupa tulisan maupun lisan yang dipakai untuk menyampaikan pesan kepada lawan bicara kita. Saya adalah seorang mahasiswa jurusan Bahasa Inggris di bidang Pendidikan di salah satu universitas negeri di Bandung, Jawa Barat yang sekarang sedang menuju semester 5 atau tingkat 3. Awalnya saya tidak terlalu "ngeh" dengan masalah ini, sebelum saya masuk ke semester 4 dan bertemu dengan mata kuliah yang kalau diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia menjadi "Bahasa di dalam Masyarakat" (Saya menghindari pencampuran bahasa asing di tulisan ini). Awal perkuliahan mata kuliah ini, saya sungguh tertarik dan merasa terkesan dengan pendahuluan yang disampaikan oleh dosen saya tentang apa yang akan saya dan teman-teman saya pelajari di mata kuliah ini. Secara garis besar, mata kuliah ini - sesuai dengan namanya saja - mempelajari tentang fenomena kebahasaan yang ada di masyarakat sekitar kita -di dunia maupun di Indonesia sendiri. Seiring berjalannya bab demi bab di buku ini, masuklah ke dalam salah satu subtopik yang - lagi-lagi di terjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia- berarti Pencampuran Kode. Apa yang dimaksud dengan "Kode"? "Kode" dalam bahasan ini berarti variasi bahasa yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi. Menurut saya itu bahasa kerennya mungkin. Lalu, secara keseluruhan apa sih Pencampuran Kode? Secara umum, pencampuran kode terjadi ketika orang-orang mencampurkan salah satu elemen bahasa (kata, klausa, atau frase) dari Bahasa Indonesia ke bahasa lain, dalam hal ini yaitu Bahasa Inggris. Lalu, salah satu ahli sosiolinguistik yang bernama Ho (2007:1) mengatakan bahwa pencampuran kode adalah perubahan satu bahasa ke bahasa lain di dalam satu ujaran yang sama atau di dalam teks lisan maupun tertulis. Bhatia dan Ritchie (2004:337) juga mengatakan bahwa pencampuran kode adalah pencampuran dari berbagai unit linguistik (morfim, kata, frase, klausa, dan kalimat) secara utama di dalam dua sistem gramatikal bahasa di dalam kalimat. Bingung? Singkatnya ya seperti yang saya katakan tadi saja :) Lalu, fenomena apa sih yang membuat saya mulai "ngeh" dengan masalah ini? Ya, zaman sekarang sudah banyak orang yang melakukan ini di setiap percapakan sehari-hari mereka. Tidak jarang kita mendengar - lebih banyak sih anak muda - yang melakukan ini. Sebagai contoh (maaf saya harus melanggar peraturan untuk menulis bahasa asing di tulisan ini, tapi biarkanlah :) ), ada dua orang yang melakukan percakapan tentang suatu hal, bukan topik khusus, tapi coba dibaca: A: Eh, kemarin jadi lo pergi ke sana? B: Jadi sih, cuma crowded banget. Gue ngantri sama cewek gue sampe 4 jam. A: Yah namanya juga long holiday gitu loh! Wajarlah. B: Iya sih, cuma nonsense aja acara pameran pake ngantri. A: Yah itu kan pameran teknologi kali wajar banyak orang yang interested ke sana. Sekarang kan jamannya high technology. .... Itu cuplikan percakapan yang mengandung pencampuran kode. Sudahkah Anda mengerti apa yang dimaksud dengan pencampuran kode? Baiklah kalau begitu. Sekarang pertanyaan saya adalah, apakah Anda merasa terganggu jika lawan bicara Anda atau mungkin hanya sekilas mendengar orang di sebelah Anda sedang melakukan pencampuran kode? Saya secara pribadi sebenarnya tidak terganggu jika konteksnya jelas dan penggunaan katanya tepat dan ya karena saya mahasiswa Bahasa Inggris, pelafalan dan pengucapannya pun harus benar. Seperti apa sih penggunaan pencampuran kode yang tidak tepat? Ini contohnya: Ini adalah cuplikan - yang diambil dari ngupingjakarta.blogspot.com - perkatan seorang ibu-ibu yang mengunjungi tempat reparasi komputer di salah satu toko komputer. A:  "Mas, saya mau di-install dong." Apa reaksi Anda? Tertawa? Tersenyum? Tersipu malu jika menjadi ibu tersebut? Atau bahkan bengong karena merasa risih? Saya, jelas awalnya tertawa namun saya akan menjadi risih dan akan malu tentu saja walaupun hanya menjadi seorang pendengar tapi jelas malu jika ada yang seperti ini. Konteksnya mungkin tepat tapi apa yang salah? Pola kalimatkah? Arti kalimat tersebut? Atau pemilihan kata? Ayo, apa menurut Anda? Banyak sekali faktor yang menyebabkan pencampuran bahasa ini yaitu, untuk menunjukkan bahwa si pembicara mampu menguasai bahasa asing (entah hanya sepotong kata atau memang seorang ahli), lalu solidaritas (jika si pembicara dan lawan bicara berasal dari satu daerah yang berbahasa sama - jadi pencampuran kode tidak hanya terjadi pada Bahasa Indonesia ke Bahasa Inggris saja bisa jadi Bahasa Indonesia ke bahasa daerah), lalu status hubungan (pertemanan, keluarga, dll.), dan si pembicara ingin menyampaikan suatu pesan khusus yang ternyata kata tersebut atau kalimat tersebut tidak akan nyambungjika menggunakan Bahasa Indonesia misalnya. Pengalaman pribadi saya saja, kurang lebih 4 minggu yang lalu saya menemui salah satu dosen saya yang kebetulan mengepalai jurusan Sastra Inggris. Dalam hati saya, saya tentunya akan menggunakan Bahasa Inggris untuk berkomunikasi dengan dosen-dosen Bahasa Inggris saya, namun ternyata saya salah. Memang, tiap hari saya dan teman-teman saya kerap menggunakan pencampuran kode ini tapi itu karena konteks dan penggunaannya tepat. Tapi, untuk kali ini ternyata tidak. Saat saya memasuki ruangan dosen tersebut dan mulai menyampaikan maksud saya, tepatnya seperti ini, "Selamat siang, Bu. Saya Dimas mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Inggris ingin menyampaikan tentang masalah -----disensor------ dan fortunately...." Lalu dosen tersebut memotong pembicaraan saya, "Kamu itu mau ngomong pake Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris?" Dan dari situ saya mulai sadar bahwa saya tidak boleh menggunakan pencampuran bahasa secara sering. Saya harus konsisten untuk menggunakan bahasa yang ingin saya sampaikan. Saya hanya membuka pikiran Anda semua. Di lain sisi kita harus "berteman" dengan yang namanya era globalisasi namun hal yang lokal sepertinya kita "musuhi". Bijaklah dalam menggunakan bahasa karena bahasa itu alat paling mudah untuk membangun sesuatu yang baik dan mudah juga untuk meruntuhkan sesuatu yang baik. :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline