Lihat ke Halaman Asli

Berkelana dengan Sepi

Diperbarui: 19 November 2019   21:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

memang rasanya sedikit mengecewakan, ketika malam yang dulunya kerap di riuhkan dengan sahabat-sahabat yang rada kocak tiba-tiba hening seperti lepas pantai yang ada di kampung halamanku, yang ada hanya suara gemuruh ombak yang terus menampar bibir pantai. malam ini, 19 November 2019 pukul 19:15 di pelataran indomaret Ecoplaza Citra Raya saya memulai tulisan ini.

Hanya ditemani dengan setumpuk sampah sisa makanan orang yang masih berserakan dimeja ini, tak lupa juga aroma khas sisa makanan ini juga kerap membuatku sedikit kurang fokus dengan tulisan ini. 

Bukanya malas untuk membereskanya, tetapi entah kenapa suasana hati yang sudah tak kondusif menjadikanku malas untuk ngapa-ngapain, andai kata dihadapanku sedang terjadi kerusuhan mungkin aku akan tetap santai menikmati segelas cappucinoku dan terus mengetik tulisan ini.

malam kemarin, sebelum kesepian ini menyerang, salah satu sahabat wanitaku mengajak untuk berkeliling kota, entah apa yang merasukinya, tiba-tiba saja dia memintaku untuk menemani malamnya yang juga di serang kesepian tapi aku menolak dengan alasan saya sedang bahagianya bercumbu dengan guling dan selimutku.

Entah apakah dia merasa kecewa dengan tolakanku itu atau dia malah ikhlas menerima pernyataanku itu, tapi aku merasa kesepianku malam ini adalah karma karena menolak ajakan manusia yang juga dirundung kesepian malam sebelum hari ini. Jika saja aku tahu akan jadi seperti ini mugkin aku tak akan lagi pernah menolak ajakan manusia-manusia yang kesepian yang meminta untuk harinya kuisi dengan tawa.

Malam makin larut, perlahan karyawan indomaret mulai membereskan tokonya termasuk tumpukan sampah yang masih setia menemaniku menulis hingga saat ini, pikirku aku akan lebih fokus dengan isi kepalaku, nyatanya tidak hahah, aku ikut tergerus oleh ulah abang-abang indomaret yang kian lama kian gesit membereskan toko dan halaman tokonya, kesepianku tiba-tiba berubah menjadi amarah karena terusir dari ketenaganku, tapi aku tak dendam denganya karena kutahu yang dia lakukan adalah salah satu tugas wajibnya sebagai pejuang hidup. 

Dengan sopanya dia menyapaku "Selamat malam kak, maaf toko sudah mau tutup, meja ini mau di rapikan ke teras, tapi kalau kakak masih mau disini gak apa-apa meja ini saya taruh disini sampai kakak selesai menggunakanya" lalu ku jawab kalimatnya itu juga dengan sopanku "oh iya maaf kak, gak apa-apa , silahkan bereskan meja ini saya bisa duduk di halte depan kok". jadilah aku melanjutkan sepiku di halte yang kebetulan tak jauh dari toko ini.

sepi ini kulanjutkan disebuah halte yang tak jauh dari toko itu, tapi kali ini aku tak benar-benar sendirian menjalani sepiku, aku ditemani salah seorang pejuang hidup atau bahkan juga pejuang kesepian, seorang pengemudi ojek online yang katanya sudah seharian bekerja tapi baru menemukan dua orderan, aku seketika berfikir, aku kira hidupku yang sudah paling menyedihkan malam ini nyatanya masih ada yang lebih sakit menjalani sepinya. 

Lalu aku tiba-tiba sepiku berubah lagi menjadi sedih kasihan, cukup lama aku bercengkrama dengannya sampai-sampai tulisan ini cukup lama kuanggurkan karena fokus dengan cerita bapak ojol ini, sampai akhirnya obrolan kita berakhir tepat pada pukul 00:05 karena akhirnya bapak ojol ini menerima orderan ketiganya hari ini, kataku dalam hati sambil melihat raut wajah semangat dan bahagianya "Alhamdulillah untukmu pak, semoga lelahmu jadi berkah buatmu dan keluargamu", lalu jadilah sepiku semakin sepi karena tak ada lagi yang menemaniku di halte ini, aku berusaha terus konsisten menyelesaikan tulisan ini dengan keheningan yang luar biasa, hingga akhirnya pada pukul 01:32 cerita ini selesai kutuliskan dan aku memutuskan untuk menyudahi kesepian ini karena memang gelap ini sudah terasa aneh untuk dilalui.

aku beranjak dari halte ini dan meninggalkan sisa-sisa puntung rokok dan segelas cappucinoku dan kukatakan dalam hatiku "terima kasih untuk abang-abang indomaret yang yang telah sempat mengisi sepenggal sepiku, terima kasih juga untuk halte ini karena bersedia menampungku, dan juga terima kasih untuk bapak ojol yang sempat mengusir sepiku walau hanya sebentar" malam ini terasa cukup hambar karena kehilangan keriuhan sahabat-sahabatku, dan sebelum aku mememjamkan mataku dan menyudahi petualanganku hari ini aku terlebih dahulu meminta pada Tuhan, semoga besok dan seterusnya tragedi malam ini tak akan terulang lagi.

"selamat malam, selamat beristirahat dan terima kasih" kataku dalam hati untuk kamu yang sudi membanca cerita pendek ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline