Lihat ke Halaman Asli

Saat Kapal Pesiar Singgah Di Darwin

Diperbarui: 17 Juni 2015   18:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14148973891442561543

[caption id="attachment_371355" align="alignnone" width="490" caption="Cruise Sea Princess berlabuh di Wharf Darwin, Juli 2014 (Photo by Ken Lin)"][/caption]

“How are you Ken? What’s your plan for this holiday?”, sapaku kepada Ken Lin mahasiswa asal Taiwan ketika kami bertemu di kitchen building 6 International House Darwin seperti biasanya hampir setiap pagi.

“Today I will go to Wharf to see the Cruise that came to Darwin this morning. They are going to be in Darwin for short time, in the evening they have to leave Darwin to go to other places“, katanya penuh antusias.

“Oh it’s a nice thing to see. I am also interested to see that Cruise if not doing this job. Please take pictures of the Cruise and send me some, okay…“, pintaku.

“Okay Adil…“, katanya sambil terburu-buru menyiapkan sarapan rutinnya, roti tawar gandum berbentol-bentol wijen dan sekelas kopi susu. Akupun segera menuntaskan pekerjaanku di kitchen ini lalu keluar menuju toilet yang harus kubersihkan sesuai tugasku sebagai cleaner di Asrama Mahasiswa ini.

Berbicara mengenai Kapal Pesiar, aku jadi teringat cerita menarik dari seorang sesepuh orang Indonesia di Darwin saat ia menjalani profesi sebagai supir taksi beberapa tahun lalu. Suatu ketika ia mendapat order untuk mengantar seorang wanita tua berkeliling kota Darwin dalam waktu 4 jam. Dia minta ditunjukkan tempat dan bangunan-bangunan penting di kota Darwin seperti Gedung Pemerintah, Gedung Parlemen, Universitas, Museum, Mal/Supermarket, Pasar Tradisional, dan lainnya.

Si wanita tua itu nanti hanya minta berhenti untuk makan siang di restoran tertentu, pada saat itu dia bilang bahwa temanku si supir taksi yang mengantarnya itu boleh ikut makan siang bersamanya atau boleh hanya menunggu di dalam taksi atau di tempat mana saja asalkan tak jauh dari taksinya dan ia akan mengabarinya segera kalau akan kembali ke mobil.

Berusaha menunjukkan keramah tamahan dan memberikan pelayanan yang menyenangkan kepada tamunya, temanku pun berinisiatif bertanya kepada wanita tua itu tentang asal-usulnya dan bagaimana ia bisa sampai berkunjung ke Darwin. Bagaikan ikan yang diberi umpan dan sebagaimana pada umumnya sifat dari orang-orang tua yang senang sekali apabila menceritakan masa lalunya, maka si wanita tua ini pun dengan sangat antusias menceritakan pengalaman hidupnya kepada temanku ini.

Maka jadilah di sepanjang perjalanan mendampingi wanita tua ini, sang supir taksi yang temanku ini betul-betul berperan menjadi pendengar yang baik dengan sesekali melontarkan pertanyaan yang dijawab dengan semakin menggebu oleh si wanita tua itu. Tidak apalah pikir temanku, toh argometer taksinya tetap berputar, ia tetap dibayar, dan tidak salah toh kalau kita berusaha menyenangkan orang lain di penghujung usianya.

Wanita tua ini bercerita bahwa selama setahun ini sebagian hidupnya dihabiskan di kapal pesiar (Cruise), dari satu kapal pesiar ke kapal pesiar lainnya. Sebelum tiba di Darwin untuk selama 4-6 jam, bersama Kapal Pesiar “Sea Princess” yang berkapasitas penumpang sekitar 2000 (dua ribu) penumpang ini ia bersama teman-temannya telah mengunjungi beberapa kota di Australia setelah sebulan yang lalu bertolak dari Singapura.

Di kota-kota yang disinggahi, mereka memang diperkenankan untuk turun keluar dari kapal pesiar itu namun hanya untuk jangka waktu yang singkat yaitu selama sekitar 4 jam untuk berkeliling melihat-lihat kota tersebut. Selebihnya kehidupan mereka adalah di dalam atau di atas kapal pesiar tersebut. Tapi mereka tidak perlu khawatir karena semua kebutuhan hidup mereka telah dipenuhi dan dapat diperoleh di kapal tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline