Lihat ke Halaman Asli

"Oh My God..."

Diperbarui: 26 Juni 2015   15:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

"gdubrakk..." Tiba tiba kamar didobrak dari luar, aku kaget bercampur takut luar biasa. Sosok bercadar masuk dan membekapku. Tanpa bisa berkutik menuruti semua yang mereka lakukan. Aku diseret keluar dan menuju ruang tengah, diikat dan didudukan aku disebuah kursi
"ya Allah apa yang sedang menimpaku" Aku bertanya dalam hati.

Kejadian begitu cepat apa salahku selama ini dan mengapa aku harus yang merasakan ini semua. Rasa takut semakin menjadi jadi. Aku rasakan detak darah berhenti saat itu, malam ini seperti di neraka, walaupun aku nggak tahu bagaimana bentuk dan rupanya, tapi saat ini aku merasakan apa yang disebut dengan ketakutan yang benar benar takut.

Berpuluh puluh doa aku lafadzkan sebisa yang aku tahu dalam hati agar Allah memberikan pertolongan pada hambanya yang meminta. Aku ingin berteriak tapi mulut disumpal dengan kain. Aku hanya melihat kegelapan yang menakutkan karena mataku ditutup kain. Semua sunyi, suara tak terdengar sama sekali, degup jantung menandakan aku masih sadar dan hidup. Malam berlalu begitu mencekam.
Waktu terasa begitu lambat bergulir, detak jantung kian berpacu dengan ketakutan yang kumiliki.

Aku masih bisa bersyukur karena sejauh ini mereka tidak melakukan hal yang membuatku merasa terancam atau setidaknya mereka hanya menyekapku saja. Bagaimana jika mereka...
"ah tidaak..." Aku tak ingin berpikir sejauh itu, makin memperbanyak lafadz doa dalam hati. Jangan sampai mereka berbuat. Aku berusaha membuang pikiran pikiran yang kian lama kian menggayut dalam otakku. Sebagai seorang gadis yang paling kutakutkan jika mereka berbuat seperti yang kupikirkan
"ya Allah berilah mereka sedikit nurani apar jangan sampai..." Aku teringat mama sama papa dikamarnya bagaimana keadaan mereka, apakah mereka baik baik saja atau...
"semoga mereka dilindungi ya Allah..." Doaku kembali terucap.

Aku berusaha membebaskan diri dari keadaan terikat begini. Tenagaku terlalu lemah untuk melepaskan ikatan apalagi disatukan dengan kursi yang kududuki saat ini. Aku tak bisa lakukan apapun, tak terasa ada yang hangat dari kain penutup mataku dan itu berasal dari mataku.
"papa... mama... apa yang sebenarnya terjadi dengan kalian, mengapa mereka melakukan hal ini pada keluarga kita" Samar samar aku mendengar suara dari kamar papa dan mama jangan jangan mereka sedang disiksa untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.

Pikiranku penuh dengan bayangan yang mengerikan seperti yang sering aku lihat di televisi.
"ayolah pa...biarkan mereka menguras semua apa yang ada, asalkan kita tidak di apa apain" aku berbicara seperti langsung dengan papa sama mama seakan mereka mendengar ucapanku. Terdengar lagi suara langkah kaki, tapi kali ini menuju tempatku berada, suara suara kaki itu mendekat. bulu kudukku meremang, seakan ada iblis datang begitu menakutkan. belum pernah merasakan ketakutan yang luar biasa seperti saat ini. Suara pintu ditutup dan kaki kaki itu makin mendekat dan mendekat. Doa doa kembali terlontar dalam hatiku, kali ini makin cepat dan berpacu dengan adrenalin yang terpompa oleh perasaan ketakutan yang kini menguasai tubuh dan pikiranku.

Dua orang tadi... bukan... bukan dua tapi banyak dan bertambah banyak yang mendekat. lalu suara suara seakan hilang lenyap, hanya dengusan napasku kian memburu oleh perasaan ngeri yang hinggap dalam hati.
"ya Allah" tiba tiba ada yang menyentuh pundakku. Saat itulah aku merasakan seakan tertelan kedalam bumi. Segala daya upaya telah aku lakukan biar terlihat tegar. Agar orang orang yang menyekapku mengira aku adalah gadis yang tegar dan kuat, tapi jauh dalam hati ada kengerian yang kian lama kian menggegerogoti perasaanku. Aku sudah pasrah dengan apa yang akan menimpa diri dan keluargaku.

Pikiranku melayang pada berita berita yang sering kubaca dikoran kriminal ataupun di TV.Tak sedikit korban korbannya diperdayai terlebih dahulu.
Suasana kembali sepi namun hatiku semakin takut. Aku gemetar,dingin kian merambat jauh mulai ujung jari hingga kebagian tubuh yang lain. Aku pasrah dalam diam tak berkutik. Dalam hatiku terucap selamat tinggal Vito, selamat tinggal masa masa yang ceria. setelah ini yang ada hanya dukalara sebagai gadis yang ternoda.

Kucengkeram pinggir kursi kuat kuat. Tangan itu meraih dan memegang ikatan dikepalaku, hatiku bergetar hebat pori pori tubuhku terasa tersumbat ketika tiba tiba kain penutup mataku terlepas
"HAPPY BIRTHDAY Rizka..." suara bergemuruh dalam dada mengalahkan ucapan ucapan yang terlontar dari sekitar. Mataku silau, samar samar mulai tampak Vito kekasihku lalu mama, papa dan orang orang yang aku sayangi. Aku terdiam dalam kekeluan hati dan perasan

"oh my god..." air mata tak bisa kubendung lagi, entah ini airmata bahagia ataukah luapan akibat ketakutan yang tercipta barusan yang pasti aku merasakan mata jadi nanar dunia seakan berputar putar dan kembali gelap. Sebelum semuanya benar benar hilang,aku masih sempat mendengar suara suara yang panik. Lalu suara suara terdiam dan hilang dalam gelap yang menggurita.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline