Lihat ke Halaman Asli

Adila Agustin

Mahasiswi

Media Harus Lebih Memperhatikan Konten Berkualitas daripada Konten Tak Penting

Diperbarui: 20 Januari 2023   14:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Pada awal tahun ini, kita sudah disambut oleh bebrapa berita dan kejadian yang menjadi perhatian masyarakat. Sebut saja dengan peristiwa Norma Risma, yang ramai di media sosial TikTok karena konten yang menceritakan tentang kehidupan pernikahannya yang hancur karena suaminya yang berselingkuh dengan ibunya sendiri. Selain itu di media social yang sama, konten mengemis gift di acara live yang menunjukan keluarga yang mengemis dengan cara menyiramkan badan mereka sendiri dengan air di sebuah kolam atau lumpur.

Ada pun seorang remaja bernama Fajar yang juga viral karena video dirinya yang sedang menangis karena diputusi oleh pacarnya, sehingga ia mendapati julukan Fajar SadBoy. Ketiga konten tersebut, awalnya ramai hanya di satu media sosial saja. Namun, karena cepatnya proses penyebaran informasi di media sopsial, akhirnya konten konten random seperti itu pun tersebar ke berbagai media sosial, seperti Twitter dengan trendingnya hingga Instagram.

Tak hanya sampai di media sosial, berkat warganet yang terus membicarakan berita tersebut, hal ini pun menarik perhatian media penyiaran seperti podcast dan juga televisi. Pada kasus Norma Risma, saat berita ini sangat ramai dibicarakan, seorang publik figur mengundang Risma untuk datang ke podcastnya. 

Tak hanya sampai situ, beberapa influencer yang memiliki podcast pun ikut mengundang suami dari Norma Risma yang Bernama Rozy dan ibu dari Norma Risma yang bernama Rihanah Anah. Di podcast tersebut mereka diminta untuk menjelaskan kronologi yang terjadi berdasarkan berita yang beredar di media sosial. Meskipun banyak menerima komentar negatif, podcast tersebut tetap memiliki banyak penonton.

Fajar SadBoy, nenek yang Bernama Intan dan Sultan Akhyar yang merupakan dalang dari konten mengemis gift di live TikTok pun diundang oleh salah satu acara televisi. Di acara tersebut pun mereka bahkan mengundang mantan dari Fajar SadBoy . Kasus konten keluarga mandi lumpur pun kian mencuat, karena Sultan Akhyar yang ditawari pekerjaan oleh salah satu influencer untuk bekerja di perusahaannya pun menolak kesempatan itu, dan memilih untuk meminta uang sebesar 200 juta yang akan digunakan untuk modal usaha.

Dengan melihat fenomena tersebut, tak sedikit dari masyarakat kita yang heran dan bertanya-tanya mengapa konten random yang aneh seperti itu justru lebih sering diperhatikan oleh masyarakat dan mendapatkan "panggung" di media. Hasil studi The New York Times, Customer Insight Group, dan Latitude Reasearch pada tahun 2020 menemukan fakta bahwa secara psikologis, terdapat 5 faktor yang membuat pengguna media sosial membagikan konten.

Pertama, konten yang dirasa bernilai, mencerahkan dan menghibur. Kedua, konten yang mempertegas dan mengaktualisasikan diri sendiri. Ketiga, konten yang bisa menghubungkan dengan suatu kelompok. Keempat, konten yang bisa memperoleh pengakuan dari orang lain. Dan yang terakhir adalah konten yang bisa mendukung sesuatu yang sedang diperjuangkan oleh banyak orang atau merek yang disukai. 

Oleh karena itu, konten sepele seperti seorang remaja menangis, orang mengemis gift dan permasalahan pribadi orang lain yang di unggah di media sosial menjadi konsumsi masyarakat pun bisa mendapatkan perhatian. Selain itu, bagi pihak media penyiran seperti podcast dan khususnya televisi yang mempertimbangkan tentang profit pun menganggap konten viral seperti target untuk menaikan keuntungan mereka.

Di sisi lain, konten kreator TikTok yang bernma @pandawagroup yang memiliki konten membersihkan sungai, selokan, kali, dan bendungan yang kotor karena sampah dinilai lebih pantas mendapat perhatian oleh media karena konten yang mereka tunjukan merupakan kegiatan yang bermanfaat. Selain itu, selebriti Indonesia Agnez Mo juga mendapat perhatian masyarakat karena mencari dan mengapresiasi sepasang siswa dan siswi yang videonya viral karena kemampuan menari mereka yang dinilai merusak generasi bangsa oleh gurunya. Namun, kedua berita ini belum terlalu dilirik oleh televisi dan hanya segelintir orang saja yang mengetahuinya.

Oleh karena itu, kita harus pandai memilih berita dan konten yang kita terima dari media sosial agar konten-konteh sepele dan aneh seperti yang telah disebutkan diatas tidak mendapatkan perhatian oleh media, khususnya media penyiaran televisi.

Dengan perkembangan teknologi yang ditandai dengan beberapa masyarakat yang mulai sadar dan munculnya stigma bahwa televisi hanya memberitakan berita tak penting, dapat mendorong mereka untuk tidak menonton televisi lagi. Hal ini ditunjukan dengan mulai ramai gerakan petisi pemboikotan artis dan program televisi agar tidak tayang lagi, yang dimana hal ini juga dapat menurunkan eksistensi dari televisi itu sendiri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline