Lihat ke Halaman Asli

Senja Merah Diatas Langit Selatan #2

Diperbarui: 17 Juni 2015   09:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"seringkali kebaikan menjadi bumerang buat kita kang" celetuk latip di pinggir api unggun di hutan jati lodoyo

"maksudmu apa to tip.." tugiyo nampak muram menatap arang yang menganga..

" kita ini ibarat pion yang hanya tau kulit, itu pun kulit ari setipis rambut, dalam kemelut di tanah jawa ini rakyat hanya menjadi kaum teraniyaya, apa kurang legowo kita apa kurang nrimo kita kang"

kemudian hening, nampaknya tugiyo sudah sedemikian lelah berargumen seperti mata terpejam tetapi mencari seekor belalang di rerimbunan daun tanjung.

" tidur tip, besok kita jalan lagi kearah ngliyep.." pikiran tugiyo melalang ke seantero angkasa yang bertaburan bintang, bintang memerah seperti desiran darah seketika dia teringat dan sungguh kangen dengan tumini istrinya yang tak tahu rimbanya dan lamunannya membawa ke alam bawah sadar hingga pagi menjelang..

***

" tip,..tip,..bangun ayo berangkat.."

siuman mata latip seperti lelah mendera membuat tugiyo tak tega untuk membangunkannya,..sisa potongan ketela di api unggun cukup untuk mengahangatkan badan, walaupun di pencernaan tak mudah untuk di kompromi, minuman dari belik di pinggir hutan cukup untuk membasahi kerongkongan tugiyo yang terasa mengganjal di leher..

"cuihhhhhhhh, kere kok menjadi kutukan mau  jadi apa bangsa ini"

" kurang apa hidup ini kalo hanya saling berebut darah, seumur cindel tikus sudah berlagak demokratis, menghalalkan darah kaum kiri,..cuihhhhhhhh"

ceracu tugiyo seperti "mendem" arwah singkong karet di kunyah seperti menghisap daun kecubung..

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline