Lihat ke Halaman Asli

Aksi Dikawasan Malioboro "Tanah Dirampas Petani Mati"

Diperbarui: 25 September 2015   23:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Yogyakarta (25/09), Aksi unjuk rasa terjadi pagi hari tadi. Mereka berunjuk rasa dengan berjalan dari kawasan sekitar Malioboro, kantor DPR, dan Pasar Beringharjo. Aksi ini mereka lakukan dalam rangka memperingati hari Tani Nasional. Tidak hanya itu, mereka menggelar aksi ini sebagai wujud kepedulian terhadap para petani yang terkena dampak dari program pengalihan fungsi lahan pertanian. Mereka menamakan dirinya sebagai Liga Forum Study Yogyakarta ( LSFY ).

Tidak hanya berjalan dan berorasi, mereka juga membagikan selembaran kertas yang bertujuan agar masyarakat tahu dan paham dengan aksi dan tujuan yang mereka lakukan. Didalam selembaran, tertera bahwasanya mereka tidak setuju dengan program dari MP3EI atau yang dikenal dengan Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia.

Adapun sebagian kutipan dari selembaran tersebut adalah:

“ Pelaksanaan MP3EI atau Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia yang telah membagi wilayah indonesia kedalam koridor-koridor pembangunan, menjadikan beberapa wilayah seperti “ kue ” yang siap disantap pemodal besar. Diperparah dengan akan masuknya MEA atau Masyarakat Ekonomi Asean pada akhir 2015, yang membuat pemodal asing akan lebih leluasa merambah lahan-lahan di Indonesia.

Beberapa daerah di Sumatra dan Kalimantan mengalami dampak yang nyata: pembabatan dan pembakaran hutan yang tanpa malu marak dilakukan oleh perusahaan nasional dan internasional demi kepentingan industri. Data Badan Pusat Statistik (BPS) Menunjukan setidaknya 80.000 Ha lahan produktif dan hutan setiap tahun beralih fungsi. Kondisi ini menunjukan bahwa kaum tani indonesia secara perlahan dimatikan, karena penguasa tanah tidak lagi ditangan kaum tani”.

Ketidak setujuan mereka akan program pengalih fungsian lahan pertanian didasari oleh bahwasanya pertanian merupakan sektor utama dalam kemajuan bangsa, “ Selain itu, kaum tani telah memberi sumbangsih sebagai penopang Perekonomian Negara. Soekarno pernah berujar bahwasanya “ hidup matinya bangsa kita ada pada sektor pertanian” , dikutip dari selembaran yang mereka bagikan.

“ Dan hari ini bisa kita lihat berapa ribu petani yang mereka susah untuk makan, berapa ribu petani yang tanahnya dirampas. Kalian pasti tahu bagaimana kasus di Kulon Progo, bagaimana kasus di Kebumen. Ini membuktikan bahwasanya pemerintah tidak pernah berpihak kepada para petani. Jika petani mati, hari ini kita mau makan apa?”, ujar salah peserta aksi ketika berorasi.

Tidak hanya itu, mereka juga mempunyai kalimat yang selau mereka ucapkan. Adapun kalimatnya adalah:

“Berjuang bersama rakyat merebut demokrasi sejati, tunduk tertindas atau bangkit melawan. Sebab mundur adalah pengkhianatan. Takkan mundur walau terbentur, takkan mengeluh walau terjatuh”.

Mereka juga menilai bahwasanya petinggi negara tidak memenuhi UUD 1945 Pasal 33, bahwasanya saat ini masyarakat belum juga mendapat kemakmuran seperti yang tertera dalam UUD tersebut. “ dalam UUD 1945 PASAL 33 menyatakan bahwa tanah, air dan kekayaan yang terkandung didalamnya, sepenuhnya untuk kemakmuran rakyat. Tetapi pada kenyataannya, hal ini baik itu tanah dan yang lainnya hanya diperuntukan oleh para pemodal. Apakah itu benar kawan-kawan, hanya diperuntukan oleh para kapitalis, hanya diperuntukan oleh mereka-mereka yang beruang”, ujar salah satu aksi saat berorasi.

Bukanlah sebuah aksi unjuk rasa apabila tidak mempunyai tujuan, adapun tuntutan dari mereka adalah:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline