Lihat ke Halaman Asli

Keistimewaan dan Tafsir Surat An-Nas

Diperbarui: 30 Maret 2024   08:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Srat An-Ns adalah surat Makkiyyah dan surat ini merupakan surat Al-Muawwidzatain bersama Surah Al Falaq, yang berarti surah yang melindungi. Di mana kedua surah ini memiliki banyak keutamaan dan memberi manfaat, seperti yang disebutkan dalam Ensiklopedia Hadits Ibadah Membaca Al-Qur'an oleh Syamsul Rijal Hamid.

       Al-Mu'awwidzatain juga dapat memberi manfaat sebagai obat ketika sakit. Imam Malik meriwayatkan dari Aisyah RA bahwasanya: "Jika Rasulullah merasa sakit, maka beliau membacakan untuk dirinya Al-Mu'awwidzatain dan meniupkan. Dan ketika rasa sakitnya semakin parah, maka aku yang membacakan kepada beliau Al-Mu'awwidzatain, lalu aku mengusapkan tangan beliau kepadanya dengan mengharapkan berkahnya." (HR Bukhari, Muslim, & Abu Dawud).

        Setiap muslim dianjurkan membaca Al-Mu'awwidzatain untuk memohon perlindungan Allah dari segala sesuatu. Dalam hadis dari Uqbah bin Amir RA meriwayatkan bahwa Rasulullah pernah bersabda kepadanya: "Wahai Uqbah, maukah kuberitahukan kepadamu sebaik-baik surat yang dibaca? Yaitu Qul a'uudzubi rabbil falaq (yaitu surah Al-Falaq) dan Qul a'uudzubi rabbinnaas (yaitu surah An-Nas). Wahai Uqbah, bacalah keduanya setiap kali engkau akan tidur dan setiap engkau bangun. Tidaklah seseorang meminta dan tidaklah seseorang berlindung dengan surah seperti itu (melainkan dilindungi oleh Allah)". (H.R.Hakim)

       Surat ini menjelaskan agar kita berlindung kepada Allah Tuhan seluruh makhluk dari kejahatan musuh yang paling bahaya, yaitu Iblis dan para pembantunya, yaitu para syaitan dari kalangan manusia dan jin yang menyesatkan umat manusia dengan bermacam-macam godaan dan muslihat.

       Ulama tafsir menjelaskan bahwa dalam Surat An-Ns ayat pertama yang berbunyi: "Katakanlah: Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia" (An-Nas [114]:1), bahwa dalam ayat ini secara khusus manusia disebut, meskipun Allah adalah Tuhan seluruh makhluk, sebagai bentuk memuliakan dan mengagungkan manusia. Sebab Allah menundukkan seluruh makhluk untuk mereka, memberi manusia akal dan ilmu dan menyuruh malaikat yang suci sujud kepada Adam. Karena itu, manusia adalah makhluk terbaik secara mutlak.

       Imam Qurthubi menjelaskan bahwa dalam ayat kedua yang berbunyi "Raja manusia." (An-Nas [114]:2), maksudnya ialah Allah sebagai Raja seluruh makhluk dengan kekuasaan yang sempurna dan menyeluruh. Allah memberi keputusan kepada mereka, menulis amal perbuatan mereka dan mengatur urusan mereka. Allah memuliakan dan menghinakan, membuat kaya dan membuat sengsara. begitu juga dalam ayat ketiga yang berbunyi: "Sembahan manusia" (An-Nas [114]-3), bahwa hanya Allah tuhan yang patut disembah umat manusia dan tiada tuhan bagi mereka selain Dia. Kata () dari ayat satu sampai ayat tiga diulangi sebanyak tiga kali dan tidak menyebutkannya dengan dhamr (kata gantinya), seperti yang jelaskan Al-Qurthubi bahwa hal ini sebagai bentuk untuk menunjukkan kemuliaan manusia dan perhatian Allah kepada mereka .

       Sa'id bin Jubair meriwayatkan dari Ibnu Abbas untuk penjelasan ayat keempat yang berbunyi: "Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi" (An-Nas [114]:4), bahwa setan yang biasa bersembunyi, di mana setan itu biasa menetap dalam hati manusia. Jika manusia lengah dan lalai, maka ia akan membisikkan keburukan. Dan bila manusia mengingat selagi berdzikir kepada Allah, maka mereka bersembunyi. Ibnu Katsir menjelaskan bahwa Setan yang bersembunyi (khannas) dalam ayat keempat ini bukan hanya mengganggu kalangan manusia saja, tetapi juga golongan jin.

       Sebagaimana dalam ayat kelima yang berbunyi: "Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia" (An-Nas [114]:5) yang mana lafaz an-nas meliputi manusia dan jin. Dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan, Ibnu Jarir mengatakan bahwa jin juga banyak dipekerjakan oleh manusia, sehingga jin bisa disebut dengan an-nas (manusia). Pada ayat terakhir yang berbunyi: "dari (golongan) jin dan manusia" (An-Nas [114]:6), dimana dipertegas bahwa setan khannas benar-benar menggoda hati kalangan jin juga manusia. Tafsir lain dalam ayat kelima mengatakan bahwa pihak yang membisikkan keburukan ke hati manusia, bisa dari golongan apapun, baik setan, jin, atau manusia sendiri. Ini senada dengan ayat: "Yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia)."(Al-An'm [6]:112). Seorang muslim hendaknya bisa membiasakan diri membaca Surah An-Nas untuk menjaga dirinya dari bisikan setan khannas maupun setan penggoda lainnya. Dengan begitu semoga Allah selalu melindungi kita dari perbuatan buruk juga kejahatan. WALLAHU A'LAM.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline