Lihat ke Halaman Asli

Mpa’a Malaci/Tapa Gala (Permainan Mengaja Tiap Posisi) Permainan Tradisional Bima

Diperbarui: 27 April 2016   12:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Mpa’a malaci/tapa gala (Permainan mengaja tiap posisi) Permainan tradisional Bima”

permainan tapa gala

Permainan tradisional daerah Bima banyak terinspirasi dari kegiatan dan pemberontakan yang di lakukan oleh Negara Belanda (Nipo) pada jaman penjajahan dulu, kegiatan yang dilakukan oleh penjajah tersebut dijadikan sebagai permainan bagi anak-anak yang di daerah bima dan permainan tersebut masih ada serta masih tetap terlestarikan sampai sekarang, mengapa kegiatan tersebut di jadikan sebagai permainan tradisional oleh daerah bima, karena apa yang menjadi kegiatan yang dilakukan oleh penjajah dahulu masih melekat dalam diri orang tua mereka dan kegiatan tersebut di turunkan kepada anak mereka dan di jadikan sebagai permainan tradisional secara turun temurun untuk mengingat masa-masa penjajahan dahulu yang dilakukan oleh Negara Belanda (Nipo).

Pemainan ini di adopsi dari permainan gobak sodor di daerah jawa. Dalam mpa’a tapa gala, dua regu akan bergiliran menjadi regu yang bermain maupun yang berjaga.

Pada prinsipnya pemainan ini dimainkan oleh lima hingga enam orang tiap regu, tapa gala/malacis menggunakan arena berupa garis yang membentuk bidang kotak seperti pada gambar berikut : Permainan ini sewaktu saya kecil,sering dinas pendidikan dan kebudayaan kecamatan mengadakan lomba/pertandingan permainan ini antara sekolah ( tingkat SD saja).

Di bangku sekolah dasar permainan sangat sering dimainkan oleh anak-anak dari yang kelas 3 sampai 6 SD.

Permainan tradisional sangat banyak manfaatnya, dari segi kekompakan, kebersamaan, ketangkasan, olahraga, kecerdasan befikir dan usaha. Sehingga begitu banyak nilai dalam permainan tradisional ini, sehingga harus di lestarikan.

Seiring perkembangan zaman, permainan ini mulai di hilang dari peradaran permainan anak zaman sekarang lebih suka nongrong di Warnet, main-main gadget dsbnya.

Permainan berakhir apabila seluruh pemain berhasil menyebrang hingga ke belakang arena dan menginjak sudut atau pojok garis tapa gala arena permainan lalu kembali ke titi asal dengan aman tanpa di sentuh atau di pegang oleh lawan regu yang menjaga setiap posisi penyebrangan. Karena itu permainan ini sangat dibutuhkan kelincahan bergerak agar dapat dengan mudah menangkap lawan atau lolos dari hadangan lawan.

            Penulis mengajak teman pembaca, khususnya permerhati budaya/pemangku kepentingan kab Bima, penulis merekomendasikan bahwa permainan ini harus lestarikan, dan dikembangkan dalam muatan local.

Sumber :

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline