Lihat ke Halaman Asli

Selamat Datang Orde Baru Rasa Jokowi

Diperbarui: 17 Juni 2015   16:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saat ini, di media Jokowi ibarat nabi. Koalisi Jokowi adalah kelompok kebenaran yang sudah pasti punya masa niat jujur demi rakyat. Ketika kartu-kartu sakti diluncurkan tanpa tender, public seolah maklum, “kalau untuk kebaikan apa salahnya sedikit melanggar prosedur”.

Kini, Jokowi juga sudah mengamankan dua dari tiga institusi hukum di negeri ini. Jaksa Agung dan Menko Polhukam. Kepolisian mungkin tinggal menunggu saja untuk diganti jadi orang partai koalisi KIH sehingga semua unsur lambat laun merupakan perwujudan kubu KIH.

Tinggal parlemen yang masih belum dikuasai karena mayoritas pemimpinnya berasal dari kubu sebeerang (Koalisi Merah Putih). Untuk sementara, mereka menduplikasinya dengan membentuk parlemen tandingan, yaitu DPR Tandingan. “Rakyat” pun maklum dengan dalih yang sama “kalau untuk kebaikan apa salahnya”

Kini, sebuah artikel kompasiana memuat berita tentang petisi pembubaran DPR yang  dalam sehari sudah mendapat lebih dari 6000 tanda tangan. Harapannya katanya agar ada pemilu ulang…. tapi yang tersirat adalah DPR itu akan baik kalau isinya adalah kubu Koalisi Indonesia Hebat. Betulkah ini keinginan rakyat Indonesia kebanyakan….?

Sementara itu saya mengingat dua decade lalu ketika seluruh unsur lembaga negara manut kepadea Soeharto. Bahkan termasuk ketua MPR sendiri yang seharusnya merupakan lembaga tertinggi.  Jika “rakyat” menginginkan semua lembaga tinggi negara itu dikendalikan KIH, apa memang menginginkan kembali kepada era orde baru dengan rasa berbeda. Demokrasi menjadi stagnan ketika unsur lembaga negara dikuasai oleh satu pihak. Tidak ada  kontrol yang melekat...

Lihatlah gejala yang sudah mengemuka, PPP dan Golkar sedang didorong kehancurannya karena berada di kubu seberang, seperti kisah PDI belasan tahun lalu yang baru saja akan menguat difasilitasi untuk hancur oleh Rezim Soeharto yang notabene adalah Golkar. Memang ada nuansa balas dendam.. tetapi yang lebih tercium adalah aroma kekuasaan absolut.

Ya..ya..ya… secara jujur, kalau bisa kembali ke jaman Pa Harto dulu, saya ingin waktu dikembalikan ke 20 tahun yang lalu….. Saat itu saya masih muda, gagah dan kuat, istri saya masih langsing dan cantik…. Hehehehe……

Eh.... maksud saya adalah saya setuju dan bersemangat dengan kepemimpinan Jokowi. Beberapa terobosan yang dulu tabu, kini berhasil dibongkar, Dan yang paling saya suka adalah perubahan paradigma Pemimpin-Penjabat menjadi Pemimpin Pelayan Rakyat.... Tapi saya juga tidak ingin terjadi kekuasaan yang absolut tanpa kontrol.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline