Lihat ke Halaman Asli

Tenun Ikat sebagai Wujud Kebudayaan Orang Mollo

Diperbarui: 8 Juni 2020   23:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentsi Pribadi | Tenunan Pauf pada gambar Memiliki simbol lulat kollo dan lulat pohok.


Di Mollo utara terdapat delapan Atoin Amaf dan kedelapan amaf ini digambarkan dalam simbol belah ketupat (bentuk geometris). Kedelapan atoin amaf tersebut adalah Toto-Tanesip, Nani-Lasa dan Seko-Baun, Tois-Sunbanu, di dalam penyebutannya haruslah terdiri atas empat nama marga yang tentu saja memiliki ikatan kekeluargaan yang erat. 

wujud kebudyaan menurut J.J Honigmann dalam bukunya yang berjudul" The Man of Man" (1959) membedakan adanya tiga gejala kebudayaan, yaitu Ideas, Activities, dan Artifacts. ketiga wujud kebudayaan tersebut tentu dalam kenyataannya tidak saling terpisahkan, kebudayaan ideal dan adat istiadat mengatur dan memberi arah kepada tindakan dan karya manusia. 

dalam Ilmu Antropologi Budaya dan Sosial, kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tingkah laku dan hasil karya manusia yang terhimpun sejak awal manusia itu berevolusi dimuka bumi ini hingga sekarang. (Koenjaranigrat :1986)

Tenun adalah hasil kerajinan benang dengan cara memasukkan benang yang arahnya horizontal (benang pakan) ke dalam benang yang terentang atau arah vertikal (benang lungsi) pada alat tenun bukan mesin. Dalam kain tenun yang dihasilkan dengan  peralatan tradisional tersimpan.

makna-makna yang bernilai dan agung. 'Tenun Ikat' diperkenalkan pertama kali oleh seorang ahli Etnografi Indonesia dari Belanda, G.P Rouffaen sekitar tahun 1900. Rouffaen meneliti cara pembuatan ragam hias dan sekaligus proses pewarnaannya dan menyimpulkan, kain ini dibuat dengan teknik mengikat lembaran benang supaya dalam proses pencelupan atau pewarnaan membentuk pola ragam hias sesuai dengan ikatan yang ada. Untuk nama teknik ini Rouffaen meminjam istilah bahasa Melayu yakni "Ikat" sehingga disebut "Tenun Ikat".

Oleh karena itu tenun ikat menjadi suatu wujud kebudayaan karena dalam hal ini berbentuk benda hasil karya manusia yang memiliki nilai dan makna kebudayannya Seperti di daerah Mollo Utara,

Makna tenunan Ikat Masyarakat  Mollo

Dokumentasi Pribadi | Tenunan pauf seperti pada gambar, Hanya memiliki simbol lulat pohok.

Di Mollo Utara motif tenunan Pauf  dapat ditenun berbentuk selimut dan juga sarung.  Namun demikian,  lebih sering dibuat dalam bentuk selimut dan  dipakai oleh kaum laki-laki. Pauf ini dapat dibuat dari benang yang dipintal secara tradisional atau dari benang sulam dengan teknik sotis atau lotis ( teknik tradisional orang meto dalam menenun). Teknik ini berbeda dengan teknik ikat atau futus. 

Proses pembuatan ragam hias dengan menggunakan teknik sotis atau lotis ini dibuat dengan cara mengungkit benang lungsinya dan menambahkan benang pakan saat proses penenunan. Warna dasar dari kain tenun ini adalah merah dan putih ditambahdengan warna kuning, biru, ungu dan hijau. Warna merah dan putih melambangkan bendera kebangsaan dan secara khusus warna putih juga menggambarkan wilayah Mollo Utara, warna kuning menggambarkan orang Mollo, biru menggambarkan kedamaian, ungu melambangkan kebaikan dan warna hijau melambangkan kesuburan.  

Teknik pembuatan dari kain atau tenunan ini memiliki keunikan tersendiri. Proses pembuatan tenun ini terdiri dari tiga kali pembuatan. Dengan kata lain selimut ini terdiri dari tiga helai tenunan yang kemudian dijadikan satu kain selimut. Lembaran pertama dan kedua yaitu bagian kiri dan kanan selimut yang proses pembuatan ragam hiasnya menggunakan teknik ikat. Sementara proses pembuatan ragam hias pada lembaran ketiga atau bagian tengah kain menggunakan teknik sulam atau sui. Setelah ketiga helai kain ini ditenun maka disambung dengan jahitan. 

Di Mollo utara terdapat delapan atoin amaf dan kedelapan amaf ini digambarkan dalam simbol belah ketupat (bentuk geometris). Kedelapan atoin amaf tersebut adalah Toto-Tanesip, Nani-Lasa dan Seko-Baun, Tois-Sunbanu, di dalam penyebutannya haruslah terdiri atas empat nama marga yang tentu saja memiliki ikatan kekeluargaan yang erat. Marga-marga tersebut tidak dapat disebut satu persatu atau secara terpisah. Simbol belah ketupat tersebut memiliki dua arti lulat pohok dan lulat kollo. Lulat pohok (lulat yang berarti raja dan pohok yang berarti membungkus) dapat dipakai oleh keluarga bangsawan atau kerajaan sedangkan lulat kollo (menggambarkan burung Garuda) hanya boleh dipakai oleh raja atau penguasa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline