Self-diagnose adalah perilaku dimana seorang individu mencoba mendiagnosis diri sendiri berdasarkan informasi yang ia temukan diri sendiri tanpa bantuan ahli.
Self-diagnose sudah sangat biasa di kalangan generasi muda, terutama Gen Z. Padahal menurut para ahli, self-diagnose ini bisa berbahaya bagi orang-orang karena informasi yang di internet tidak semuanya akurat. Sayangnya ini sudah di normalisasikan oleh warga-warga internet.
Banyak kasus dimana warga internet yang mengaku memiliki penyakit mental padahal belum menanyakan ke para profesional. Hal ini menimbulkan banyak dampak negatif, berikut beberapa dampak negatif dari self-diagnose di antara lain:
1.Kesalahan diagnosis
Informasi yang dilakukan secara mandiri di internet tidak akan 100% akurat. Menurut penelitian pada 6 Maret 2020 oleh National Library Of Medicine atau NIH ada sekitar 15.49% orang yang melakukan self-diagnose. Hal ini menyebabkan kesalahan dalam menyimpulkan gangguan mental dan ini membahayakan.
2.Kekhawatiran berlebihan
Orang-orang yang melakukan self-diagnose bercenderung mengkhawatirkan kesehatan gejala mereka dengan berlebihan, padahal belum tentu informasinya akurat. Hal ini memicu kekhawatiran dan stress yang tidak perlu.
3.Mengabaikan konsultasi medis
Biasanya orang-orang yang melakukan self-diagnose akan mengabaikan dan menyangkal perihal konsultasi karena terlalu mempercayai sumber informasi yang ia dapatkan. mau itu dari YouTube, Google, TikTok ataupun sumber media sosial lainnya.
4.Efek Nocebo
Efek nocebo adalah keadaan dimana hal yang sebenarnya tidak perlu di berlebih-lebihkan, malah membuat sang individu percaya akan mengalami rasa sakit karena percaya kepada sumber yang belum tentu benar dan salahnya.