[caption id="" align="aligncenter" width="361" caption="SBY dan Ibas/Photo:mittelmeer-skipper-club.de"][/caption] Edhie Baskoro 'Ibas' Yudhoyono seperti lahir prematur dalam kancah politik Indonesia. Jika Anas Urbaningrum mengaku sebagai bayi yang tidak diharapkan, maka putra presiden SBY itu seperti lahir karena dipaksakan. Bukan bermaksud menafikan keberadaan Ibas sebagai anak muda Indonesia, tapi adalah kenyataan yang harus terlihat bahwa Ibas seperti produk "Asal Bapak Senang". Pengaruh Ibas di Partai Demokrat (PD) sangat tidak terlihat meskipun dia memiliki posisi sebagai Sekretaris Jendral (Sekjen). Ibas bukan ahli strategi ataupun pemikir apalagi cendekiawan brillian. Peran yang pantas bagi seorang Ibas tampaknya adalah sebagai operator manajerial alias penerima perintah. Dalam bahasa serangga, Ibas adalah Tawon Pekerja. Sayangnya Ibas memiliki urutan terdekat dengan sang ratu, oleh karenanya sebagai tawon pekerja, Ibas justru menjadi penerima bantuan terbesar dari pekerja lainnya. Disanjung tawon penjelajah dan dilindungi secara berlebihan para tawon serdadu. Sehingga sulit membedakan apakah Ibas tawon kesatria atau ratu itu sendiri. Akan tetapi dengan keberadan PD yang kian tenggelam, dinamika politik elit Demokrat yang berliku, seorang politisi butuh lebih dari sekedar keistimewaan "lengan" sang ratu. Ibas tidak bisa selamanya berada dibawah ketiak ayahandanya. SBY memang masih menjadi orang paling berpengaruh di Demokrat, tapi tidak diluar partai itu. Diluar partai Demokrat, banyak politisi ulung yang siap menggilas siapapun melalui pengaruh, kharisma dan atau kecerdikan alamiah mereka. Sementara untuk PD sendiri, Ibas saat ini bagaikan sasaran empuk yang ringkih. Bukan berarti "haram" untuk seorang Ibas menggunakan pengaruh ayahnya untuk membentengi dirinya dari sasaran berbagai pihak. Harus diakui beberapa orang memiliki kekuatan masing masing menurut latar belakang mereka, apapun dunia karir yang mereka pilih termasuk dunia politik. Dan Ibas memiliki satu senjata yang selama ini sudah ada padanya, yakni keberadaan sang ayah. SBY hanya punya satu pesaing yang sanggup mendeligitimasi kekuasaanya selama ini. Megawati Soekarnoputri. Harus diakui Mega adalah pesaing terberat SBY selama ini, politisi manapun termasuk Prabowo apalagi Aburizal Bakrie bukanlah lawan sepadan bagi SBY. Sementara jika Ibas tidak memiliki kemampuan lain dalam dunia politik selain faktor SBY, tamatlah ia. Ibas masih membutuhkan waktu yang cukup lama untuk membuktikan bahwa dirinya bukan produk karbitan di dunia politik. Masih harus membuktikan bahwa dirinya bisa berpolitik tanpa perlindungan bayangan ayahandanya. Harus membuktikan diri bahwa Ibas menjadi Sekjen PD bukan karena ia anak seorang SBY, atau ia hanya akan menjadi sasaran empuk politisi 'cerdik' (cerdas nan licik) lain. Bilakah Ibas memang hanya seorang politisi prematur? . . =SachsTM= Komentar Pilihan:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H