[caption id="attachment_278439" align="aligncenter" width="300" caption="Angel and Devil (Blogger.com)"][/caption] Teori konspirasi berlaku disini karena kita mungkin telah menguburkan para penjahat sesungguhnya dengan bendera Merah Putih diiringi tembakan salvo sebagai bentuk kehadiran negara. Pun demikian tanpa mengurangi rasa duka dan tidak ada niat ingin mendiskreditkan korban penembakan yang masih berlanjut penulis harus mengemukakan hal ini. Kepolisian Republik Indonesia (Polri) seolah melawan bayangannya sendiri ketika mereka dengan lemahnya tidak mampu membongkar rentetan kasus penembakan terhadap anggotanya. Bukan karena pihak Polri tidak memiliki kemampuan untuk itu, melainkan mereka sepertinya tidak sanggup menghadapi kenyataan pahit jika kasus penembakan ini terkuak dan harus menghadapi opini publik yang tidak bersahabat. Lembaga Polri selama ini berada dalam genggaman mereka yang tidak menunjukkan kinerja yang jujur dimata masyarakat dengan segala upaya mulia yang telah dilakukan sebagian kecil dari mereka. Pundak Polri telah terbebani oleh para perwira menengah atas yang cenderung korup dan kolutif. Ini bukan tuduhan, melainkan opini yang sudah mendarah daging dalam benak masyarakat umum. Tetapi diantara perwira menengah maupun atas yang mungkin berpangkat 'bintang', pasti selalu ada yang benar benar ingin melihat Kepolisian jadi pahlawan sesungguhnya bagi negaranya. Dan diantara mereka itu ingin membersihkan Kepolisian dengan memberi pesan yang teramat keras, termasuk jika itu harus membunuh rekan mereka sendiri. Kenapa korban mereka hanya polisi berpangkat rendah? Polisi berpangkat rendah ini cenderung telah menjadi alat bagi pengumpulan kekayaan bagi atasannya, lagipula jika mereka yang harus menjadi korban, mereka memang layak diberi penghargaan oleh negara ketika matinya. Para perwira yang mengambil jalan kekerasan untuk membersihkan lembaga yang mereka cintai ini tidak memiliki kemampuan untuk mengubah keadaan dengan jalan dari belakang meja. Sedikit kemungkinan mereka berhasil jika mereka hanya berharap dari dalam, mengingat sedikit perbedaan dengan mereka yang "lebih tinggi" akan semakin menjauhkan mereka dari lingkungan Markas Besar (Mabes) dimana segala keputusan dan kebijakan diambil. Dengan anggaran diatas Rp.80.T, Polri adalah lembaga seksi dengan kemungkinan penyalahgunaan kekuasaan yang sama besarnya dengan lembaga lain, tetapi Polri memiliki keunggulan strategis dan efektif. Membuat pemikiran konspiratif ini ibarat memunculkan harapan bahwa ada kebaikan yang besar dibalik segala kekacauan yang diakibatkan penembakan anak - anak bangsa itu. Hal ini sama masuk akalnya dengan tuduhan Polri sendiri bahwa teroris ada dibalik semua ini, yang anehnya mereka tidak bisa mengarahkan telunjuk dengan tepat, teroris apa yang dimaksud. Ada juga yang melihat bahwa ada rebutan "proyek" diantara sesama perwira yang berhubungan dengan posisi tertentu yang lebih "basah", tetapi terlalu meragukan jika hanya karena hal semacam ini harus terjadi saling membunuh. Meskipun motif aksi balas dendam lebih masuk akal, tetapi kenapa dendam kepada kepolisian dibalaskan pada mereka yang bertugas di lapangan adalah pertanyaan yang ganjil. Bukankah akan lebih spektakuler jika target mereka adalah polisi dengan pangkat yang lebih tinggi? Dan jika mereka teroris, kenapa korban mereka hanya polisi biasa yang tidak memiliki akses pada pembuatan kebijakan utama lembaga itu? Sekali lagi, tanpa mengurangi rasa duka cita yang mendalam, dan tidak ditujukan pada korban, Mungkinkah kita sudah menguburkan penjahat sebagai pahlawan dan menuduh pahlawan sebagai teroris/ yang jahat? Satu hal yang pasti bahwa pesan yang dikirim melalui aksi pembunuhan aparat ini hanya membuat masyarakat "cukup prihatin" seraya berharap Kepolisian membenahi kejujuran mereka. Bukan hanya menghabiskan anggaran yang besar namun tetap membuat masyarakat takut melaporkan kejahatan yang menimpa mereka. Kalau sudah begini, siapa yang butuh polisi? Betapa terkejutnya penulis mendapati kemiripan apa yang saya kemukakan ini dengan sesama kompasianer http://www.kompasiana.com/hardono.umardani dengan judul tulisannya: Analisa Intelijen Terkait Penembakan Polisi yang Misterius. Meskipun isinya berdasarkan referensi film ala Amerika tapi ada kesamaan dan mungkin kemiripan. ; ; =SachsTM=
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H