Keadaan popularitas presiden AS, Barack Obama, yang kian kritis tidak serta merta menjadikan kandidat presiden dari Republik Mitt Romney menguasai keadaan. Ambisi Romney dalam meraih puncak kekuasaan mulai menampakkan sifat asli seorang pemimpin AS yang akan datang jika ia memenangi pemilu November nanti.
Kita dapat melihat gerak tubuh dan bahasanya dalam cuplikan - cuplikan singkat laporan berita baik melalui media online maupun televisi. Bahasa tubuh yang dapat diartikulasikan sebagai sebuah visi untuk merebut kembali "jubah kepemimpinan" dan kebangkitan dominasi AS secara global dimasa setelah hari ini.
Walaupun pilihan kebijakan luar negeri Romney terkesan menjiplak Presiden Obama akan tetapi yang paling buruk dan mengganggu dunia adalah Romney seolah sedang menegaskan kembali kekhawatiran banyak orang dengan kebijakan bencana ala George W. Bush.
Mungkin tidak ada Indonesia dalam "radar strategis" kebijakan luar negeri AS, sebab Amerika hanya memasang "mata tanpa berkedip" ke empat negara didunia ini. Mereka adalah Irak, Cina, Israel dan Afghanistan. Hal ini terlihat dari intensitas penyebutan keempat negara tersebut dalam setiap topik kampanye kedua kubu.
Tetapi ada juga pemerintahan lain yang justru lebih memerhatikan pernyataan Romney, Republik Islam Iran, dan berharap presiden dari Partai Republik itu tidak membual dengan mengatakan: "Saya akan membuat para pemimpin Iran sadar bahwa Amerika Serikat dan sekutunya akan mencegah mereka dari memperoleh kemampuan senjata nuklir "
Para presiden Amerika sebelumnya sering berkoar-koar soal kebijakan kerasnya terhadap Iran, disisi lain para pengambil keputusan di Teheran pun mulai merasa percaya diri dengan kemampuan mereka untuk membedakan retorika dan kenyataan. Mereka tidak takut Amerika.
Iran sebenarnya pernah berjasa besar pada Republikan dengan menjadikan Ronald Reagan ke kursi Gedung Putih setelah krisis sandera AS di Lebanon menghancurkan kursi kepresidenan Jimmy Carter.
Iran juga menganggap bahwa presiden George W. Bush adalah simbol kebijakan luar negeri yang ekstrim dan berbahaya dari pendahulunya dari partai Republik, tapi tidak dengan cara yang akan memaksa perubahan drastis dalam kalkulus strategis Iran.
Sementara jika Romney mengadopsi kebijakan yang sejalan dengan Ronald Reagan dan George HW Bush, Iran mungkin akan mau bernegosiasi soal kepentingannya.
Sepertinya Iran percaya jika Romney justru akan membuat Amerika Serikat terisolasi secara internasional dan memecah persatuan di antara anggota tetap Dewan Keamanan PBB plus Jerman (P5 +1) tidak berbeda dengan George W. Bush. Ini tentu menguntungkan terhadap Iran. Romney sendiri sudah menyebabkan masalah dengan Rusia dan China. Seperti kebijakan Bush, keadaan AS semakin memburuk jika Romney menjadi presiden.
Romney mungkin menang pada bulan November, tapi Iran juga harus berhati-hati. Walaupun Teheran telah menunjukkan kemampuan untuk mengambil keuntungan dari kesalahan kebijakan luar negeri Washington.