Lihat ke Halaman Asli

Adie Sachs

TERVERIFIKASI

Hanya Itu

Hindari Pajak Iklan, Pakai MetroTV?

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Iklan ARB masih tayang di stasiun tv miliknya ANtv, tapi iklan yang menunjukkan seorang penyanyi dengan scene yang berbeda dari iklan sebelumnya itu menonjolkan lagu pengiring / diiringi lagu "Indonesia manise.... ". Tidak ada tulisan ARB atau partai tapi semua pasti mahfum bahwa itu khas soundtrak iklan seseorang. Saya tidak tahu apakah itu termasuk kampanye parpol atau kampanye pribadi atau apalah... yang jelas tidak ada warna dominan kuning disitu. Kan masa sekarang ini warna lebih penting daripada orang?

Dimasa tenang seperti ini, segala yang berbau parpol dalam iklan adalah haram, tapi yang berbau berita, tidak tertutupi kemungkinan sedang promosi. Kalau kita lihat selama masa kampanye... distasiun berita sebelah. Sebutlah MetroTV, iklan Nasdem tidak otomatis mendominasi slot yang ada disana. Tetapi mereka menggunakan jam berita mengisi hampir setengah isi pemberitaan liputan mengenai kampanye Nasdem dan Surya Paloh. Seolah setiap kata yang keluar sebagai orasi sang ketua dan pendiri harus diabadikan dan disiarkan.

Bisa jadi, ini cara yang ditiru Metro dari gaya TVRI jaman orde baru. Konon, menurut cerita senior yang sudah cukup gede di era 90-an, jaman TVRI dulu berita di stasiun pemerintah itu hanya setengah jam. Dan dari slot 30 menit itu, hampir 15 menit diisi porsi liputan seputar kampanye Golkar, 2 menit seputar kampanye P3 dan PDI. Selebihnya berita tentang presiden dan kabinetnya. Apa iya? Berarti iklan dan baliho tidak penting dong, lalu untuk apa dana kampanye dari pemeritah yang digunakan untuk membeli umbul-umbul?

Kalau mau kritis, berarti Nasdem sudah mengakali kita agar tidak bayar pajak iklan kampanye politik? Bukankah iklan apapun harus bayar pajak? Dengan mengemas pemberitaan diluar porsi yang wajar tanpa perimbangan dari kompetitor atau peserta pemilu yang lain, maka sebenarnya itu termasuk promosi alias advertorial reportase. Nah celakanya, jika kita sebut advertorial, tidak juga sih, meskipun dalam jam berita itu, stasiun tadi hampir tidak menyertakan liputan dari partai lain. Atau ada liputan tapi bagian yang buruknya, seperti bawa anak, naik motor tanpa helm atau kericuhan saat kampanye.

Yah... memang itu hak yang punya tipi, mau putar programa sesuai selera dan kepentingan si empunya. Tapi kita bisa berkata wah...

Wah, anak baru yang katanya mau restorasi sudah mau mengakali pajak ya?

=Sachs™=




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline