Lihat ke Halaman Asli

Adi Dinar

Psikolog. Dosen di Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro.

Peta Dunia Pasangan

Diperbarui: 5 Mei 2023   15:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

Permasalahan dalam pernikahan seringkali berawal dari ketidaktahuan. Oleh sebab itu, hal pertama yang dibutuhkan untuk membangun hubungan yang lebih nyaman dengan pasangan adalah peta.

Tepatnya, peta tentang dunia pasangannya.

Orang yang memiliki peta yang lengkap dan akurat tentang pasangannya akan mengetahui dengan persis apa yang sedang diinginkan oleh pasangannya. Saat berada di caf dan datang pelayan untuk melayani, misalnya. Orang yang memiliki peta yang lengkap dan akurat tentang pasangannya akan mengetahui apa yang ingin dipesan oleh pasangannya dan bisa berkata "pasangan saya pesan jus jambu, diblender tanpa biji tapi kulitnya jangan dikupas, dan gulanya setengah."

Orang yang tidak tahu apapun tentang pasangannya akan seperti orang buta arah. Mereka tidak tahu bagaimana cara menyenangkan pasangannya karena memang tidak banyak tahu tentang apa yang disukai oleh pasangannya. Jangankan preferensi pasangannya tentang bagaimana cara membuka pembicaraan yang agak sensitif, memilih kado ulang tahun saja akan bisa kebingungan.

Idealnya, pasangan adalah orang terdekat yang mengetahui hampir segala hal tentang pasangannya. Meski begitu, tidak semua orang mengenal pasangannya dengan cukup baik. Bila suami dan istri diminta untuk menuliskan satu judul lagu yang sedang disukai oleh istri di kertas masing-masing secara bersamaan, misalnya. Dan tidak boleh melihat jawaban satu sama lain. Jawaban suami dan jawaban istri belum tentu akan sama. Artinya, peta yang kita miliki tentang pasangan kita belum tentu sesuai dengan dirinya.

Cara kita dalam memperlakukan pasangan bisa menjadi kurang pas bila peta yang kita miliki tentang dirinya tidak akurat. Pesan jus jambu, diblender tanpa biji, dan gulanya setengah, misalnya. Tapi kulitnya dikupas, padahal pasangan kita keberatan bila kulitnya dikupas. Jus yang kita pesankan menjadi kurang pas karena peta kita tentang kesukaannya keliru.

Cara kita dalam memperlakukan pasangan juga bisa menjadi kurang pas bila peta yang kita miliki tentang dirinya tidak lengkap. Pesan jus jambu, diblender tanpa biji, dan kulitnya dikupas. Tapi lupa bilang gulanya setengah, padahal jusnya akan dibikin manis oleh penjualnya bila tidak disampaikan gulanya setengah, dan pasangan kita keberatan bila jusnya terlalu manis. Jus yang kita pesankan menjadi kurang pas karena peta kita tentang kesukaannya kurang lengkap.

Selain kedua itu, cara kita dalam memperlakukan pasangan pun juga bisa menjadi kurang pas bila peta yang kita miliki tentang dirinya sudah usang. Pesan jus jambu, diblender tanpa biji dan kulitnya dikupas. Gulanya setengah. Lengkap dan akurat. Memang pasangan kita sukanya begitu, dan selalu pesan yang seperti itu. Tapi ternyata ada situasi baru, yaitu pasangan kita sedang sakit dan membutuhkan tambahan asupan gula. Jus yang kita pesankan menjadi kurang pas karena peta kita tentang kesukaannya masih peta yang lama. Belum terbaharui.

Tiga contoh diatas menunjukkan bahwa niat baik saja ternyata tidak cukup untuk bisa memperlakukan pasangan kita secara pas. Dibutuhkan peta tentang dirinya. Yang akurat, lengkap dan terus diperbaharui.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline