@Agungsony
Tulisan anda masuk HL, itu bagus, tapi sayang tulisan anda hanya berdasar cerita orang (paklek), yang menurut saya itu hanya “Cerita Manis Di Bibir”, tapi mungkin juga hati nurani si empunya cerita (paklek anda) waktu itu memangmurni mengaji untuk menimba ilmu agama.
Saya sendiri adalah bagian dari warga Lampung, meski waktu itu masih remaja, namundaerah Tanjungkarang (Bandar Lampng), Metro, Sukadana, Way Jepara (Talang Sari), Sri Bhawono, Labuhan Maringgai, Sidorejo, dll, adalah daerah jelajah saya sehari-hari bersama teman-teman.
PeristiwaTalangsari tahun 1989, dikenal sebagai peristiwa Pemberontakan GPK Mujahidin yang diketuai oleh Sdr Warsidi (orang dari Karanganyar, Jawa Tengah), sehingga biasa disebut GPK Warsidi, kemudian pihak keamanan menggunakan sandhi “M21”, artinya M2 adalah “Majelis Mujahidin”dan 1 artinya “Indonesia”, jadi M21 adalah Majelis Mujahidi Indonesia.
Awal Peristiwa :Entah apa materi yang diajarkan dalam kelompok pengajian tsb ? Yang jelas pada saat itu kelompok pengajian ini mengawali peristiwanya dengan mencegati kendaran, baik kendaraan umum maupun kendaraan pribadi, kendaraan dinas, dll. Kendaraan yang ditumpangi Polisi, TNI, PNS, penumpangnya disuruh turun, Polisi, TNI dan PNS yang tertangkap disuruh turun dan dibunuh, Juga penyerangan di kantor Koramil, Kecamatan dan Polsek di Way Jepara dan Sidorejo dengan menggunakan senjata “Panah Beracun”. Salah satu korban dari TNI dalam konflik ini adalah Kapten Sutiman, Dan RAMIL Way Jepara.
Mungkin memang lagi jamannya, untuk menyelesaikan konflik tsb, Korem Daruda Hitam Bandar Lampung, yang waktu itu dikomandani oleh Bp. Hendro Priyono, menyapu bersih desa Talangsari. Dan selama beberapa tahun peta POLKAM desa Talangsari ditandai warna merah, namun sejak tahun 2005 sudah ada usaha rekonsiliasi antara masyarakat desa Talangsari dengan Pemerintah Kabupaten Lampung Timur dan Pem Propinsi Lampung maupun Pemerintah Pusat, dan mulai tahun 2006 pihak pemerintah telah menyalurkan beberapa macam bantuan untuk masyarakat Talangsari . Dan Alhamdulillah, sekarang sudah damai, aman, terteram semuannya .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H