Lihat ke Halaman Asli

Adi Ciputra

Manusia Biasa dengan Pemikirannya

Catatan Guru Honorer #4 Titik Balik

Diperbarui: 3 Februari 2022   14:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

TITIK BALIK

Saat saya duduk di bangku 4 SD keluarga kami terkena musibah, saat itu Bapakku jatuh sakit, hampir setahun Bapakku sakit dan telah mencoba berbagai macam pengobatan, namun tidak menemukan titik terang. Hingga timbul desas desus dari orang kalau Bapakku di guna-guna, apapun itu saya dan keluargsaya ingin agar Bapakku di sembuhkan dari penyakitnya.

Setelah hampir setahun Bapakku jatuh sakit, dan pada akhirnya beliau di panggil oleh yang Maha Kuasa. Keadaan saat itu di rumah hanya ada saya dan ibuku, kakak dan adikku sedang sekolah, hanya ada tetangga-tetangga yang membantu. 

Air matapun jatuh dari seorang ibuku dengan sangat histeris, pikiranku saat itu masih pendek, namun kutahu kalau saya akan kehilangan Bapakku selamanya, dan tangispun takkan bisa tertahankan. Sampai mengantarkan ke tempat peristirahatan terakhir, tangis dari seorang ibuku dan keluarga tak terhenti-henti.

Setelah meninggalnya Bapakku, kehidupan keluarg saya pun berubah derastis, ibuku merangkap dua jabatan dalam keluarga ini, yang pertama sebagai ibu rumah tangga, dan kedua sebagai tulang punggung keluarga yang harus menopang kehidupan keluarga ini. 

Demi menyekolahan ketiga anaknya, beliau rela bekerja banting tulang, siang dan malam, tanpa henti demi kelancaran sekolah kami. Dari menjadi kuli cuci pakaian, pembantu rumah tangga, berjualan, dll.

Seiring waktu berjalan kami tumbuh dewasa, kakakku sudah menyelesaikan sekolah menengah kejuruannya, setelah lulus kaka saya langsung bekerja di salah satu hotel ternama di Jakarta. Dan ikut membantu membiayai kebutuhan keluarga dan adik-adinya yang masih bersekolah dan beban ibuku sedikit terbantu. Dan sayapun masuk SMA. Bukan hanya umur yang bertambah, namun pengalaman, wawasan, dan kedewasaanpun bertambah. 

Dari sini saya sudah mulai berfikir, posisiku dalam keluarga ini. Dengan meninggalnya Bapakku, otomatis lelaki tertua dalam keluarga ini adalah saya sendiri, dan secara tidak langsung saya harus mampu menggantikan peranan kepala keluarga di sini, dalam artian menjaga keutuhan keluarga ini. 

Namun saya ingin meringankan beban yang tertancap di pundak ibuku, entah bagaimana caranya saya harus mampu membiayai kebutuhan hidupku sendiri, lalu saya mulai mencari duit demi kebutuhan sehari-hariku, dari menjadi tukang parkir di masjid, mengamen, dan pekerjaan lainnya, dan yang terpenting saya memperoleh rezeky yang halal. 

Tak terasa sedikit lagi saya akan melepas seragam putih abu-abu, banyak rencana yang sudah saya pikirkan setelah saya lulus SMA. Salah satunya saya ingin langsung bekerja dan membiarkan ibuku untuk beristirahat dan menikmati masa tuanya. Namun takdir berbicara lain.

Saya sejak SD bersekolah dibantu dari yayasan sampai SMA, yayasan sangat membantuku dalam kesuksesan bersekolahku. Pada suatu hari sebelum saya menempuh Ujian Nasional salah satu kaka yayasan yang bernama Rizki mendatangi dan berbicara kepadsaya, menanyakan mau kemana saya setelah lulus SMA.? Dengan tegas saya menjawab, saya ingin langsung bekerja, entah apa pekerjaannya, yang terpenting saya dapat meringankan beban orang tusaya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline