Lihat ke Halaman Asli

Achmad Nurisal

https://app.gadaibpkb.online/aplikasi-pinjaman-uang-online-cepat/

Mau Dibawa Ke Mana Produk Dalam Negeri LPG Non Subsidi?

Diperbarui: 18 Juni 2015   01:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1410306247496024169

ELPIJI atau LPG mungkin sudah tidak asing lagi mampir di telinga para penduduk Indonesia. Ada yang tahu kepanjangannya? LPG adalah akronim dari Liquified Petroleum Gas. Secara harfiah, LPG adalah gas minyak bumi yang dicairkan sedemikian rupa, hingga dapat digunakan untuk keperluan rumah tangga maupun industri.

ELPIJI memiliki sifat dan karakteristik yang mudah dikenali. Diantara sifat-sifatnya tersebut antara lain:


  1. Mudah terbakar atau tersulut api.
  2. Baunya menyengat namun tidak beracun dan tidak berwarna.
  3. Wadahnya terbuat dari tabung atau silinder untuk menampung gas yang berupa cairan bertekanan tinggi.
  4. Cairan mudah menguap dan menyebar dengan cepat di udara terbuka.
  5. Volumenya lebih berat dari udara.

Di Indonesia sendiri, LPG  dikelola dengan baik oleh BUMN Pertamina. Terdapat dua jenis ELPIJI yang tersebar di negara kita tercinta, yaitu LPG Bersubsidi dan LPG Non Subsidi. Untuk LPG bersubsidi, memiliki berat 3 Kg, tabungnya berwarna hijau, dan diperuntukkan kepada penduduk yang kurang mampu. Sedangkan LGP Non Subsidi, ada yang memiliki berat 12 Kg, dan ada pula yang 50 Kg. Elpiji Non Subsidi bervolume 12 Kg diperuntukkan bagi mereka yang termasuk dalam penduduk menengah ke atas. LPG 50 Kg biasanya digunakan oleh pelaku industri yang memerlukan gas dalam proses produksinya.

Sayangnya, LPG Non Subsidi ini masih melenceng dari target pasar penjualan. Di tahun 2009-2013, Pertamina harus menanggung kerugian sebesar Rp 17 Trilyun. Angka yang fantastis bukan? Hal ini terjadi karena kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pembelian LPG Non Subsidi 12 Kg. Mereka yang tergolong kalangan menengah ke atas, masih menggunakan LPG Bersubsidi yang seharusnya hanya dinikmati oleh masyarakat yang kurang mampu.

Dari survey Nielsen diperoleh, bahwa pengguna LPG Non Subsidi hanya sebesar 17% dari seluruh pengguna gas rumah tangga di Indonesia. Sedangkan LPG Bersubsidi menempati urutan pertama dalam hal konsumsinya di Indonesia, yaitu sebanyak 79%. Jika terus dibiarkan, maka Pertamina ditaksir akan mengalami kerugian lagi di tahun 2014 ini sebesar Rp 5,4 Trilyun. Sudah saatnya masyarakat sadar dan berbenah diri untuk tidak menggunakan LPG Bersubsidi (3 Kg) dan beralih ke LPG Non Subsidi (12 Kg) untuk kemaslahatan Indonesia.

Produk LPG Non Subsidi dari Pertamina menempati urutan terbawah dan yang paling murah jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga di Asia. Untuk itu, Pertamina berencana untuk mengikuti tren harga gas dunia dan menaikkan harga LPG Non Subsidi secara berkala, yaitu setiap enam bulan sekali. Hal ini dimaksudkan untuk menyesuaikan ongkos produksi dan terhindar dari kerugian yang menyesakkan. Tentu saja kenaikan harga ini atas persetujuan dan dilaporkan kepada Menteri ESDM dengan mempertimbangkan harga patokan LPG, kemampuan daya beli konsumen, dan kesinambungan penyediaan & pendistribusian di Indonesia.

Kalau bukan kita pribadi yang berbenah dan mulai menggunakan LPG Non Subsidi, mau dibawa ke mana LPG Non Subsidi 12 Kg ini? Sudah saatnya kita menggunakan dan cinta akan produk dalam negeri sebelum menyongsong AFTA di 2015 nanti. Mari selamatkan BUMN Indonesia dengan memakai produk Pertamina yaitu LPG Non Subsidi.

Berikut tampilan harga LPG Non Subsidi Indonesia dengan negara-negara lainnya di Asia.

[caption id="attachment_341893" align="aligncenter" width="517" caption="Perbandingan Harga LPG di Asia (Harga per Kg Indonesia, diambil nilai tengah/median)"][/caption]

Sumber data grafik ilustrasi diambil dari SINI.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline