Lihat ke Halaman Asli

Adica Wirawan

TERVERIFIKASI

"Sleeping Shareholder"

Mengurus Perceraian dalam Bisnis

Diperbarui: 12 Agustus 2024   13:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pecah Kongsi dalam Bisnis (Sumber: Freepik)

"Berbisnis bersama selama lebih dari 10 tahun, tapi akhirnya 'bercerai'? Gak bisa Yura!"

Kalimat di atas tercetus di pikiran saya sewaktu saya membaca kasus "pecah kongsi" di sebuah perusahaan skincare, yang mereknya sudah terkenal di kalangan masyarakat. Saya kira, mungkin kamu juga telah mendengar beritanya, sehingga saya tidak perlu lagi membikin sinopsisnya di artikel ini.

Meski begitu, kasus tersebut sebetulnya tidak seheboh kelihatannya, sebab jauh sebelumnya sudah ada kasus-kasus lain yang serupa. Namun, karena tidak terlalu diekspos oleh media, maka tidak ada "jejak digital"-nya di internet, dan tidak banyak orang yang tahu.

Pecah kongsi adalah sesuatu yang biasa di dalam dunia bisnis. Pecah kongsi berarti "perceraian" di antara para investor di dalamnya. Ada berbagai alasan yang menyebabkan terjadinya pecah kongsi, mulai dari besarnya ego, perbedaan visi, hingga masalah keuangan.

Dari situ terlihat jelas bahwa mengelola, merawat, dan mengembangkan sebuah bisnis bukanlah perkara yang mudah dilakukan. Apalagi kalau bisnis tersebut dimiliki oleh beberapa orang, yang perasaan dan pikirannya berbeda-beda. Sudah pasti akan muncul sedikit gesekan, atau bahkan perselisihan, yang bisa memicu terjadinya pecah kongsi.

Pecah kongsi bisa dicegah kalau ada kepemimpinan yang kuat. Pemimpin tersebut harus mempunyai kendali penuh atas sebuah bisnis, menjadi penengah bagi pihak-pihak yang berselisih, dan membikin keputusan terbaik demi kepentingan banyak orang.

Warren Buffett adalah contoh pemimpin bisnis yang baik. Sejak "menahkodai" Berkshire Hathaway dari tahun 60-an, dia sudah sukses mengubah perusahaan tekstil yang nyaris bangkrut itu menjadi konglomerasi kelas dunia.

Semua itu bisa terwujud karena Buffett mempunyai kendali penuh atas Berkshire. Tidak ada seorangpun yang bisa mengintervensinya, bahkan oleh tangan kanannya sendiri, yakni Almarhum Charlie Munger.

Hal itu bukan berarti selama mengelola Berkshire, Buffett dan Munger tidak pernah berbeda pendapat. Tidak sama sekali. Justru sebaliknya secara blak-blakan buffett mengakui bahwa mereka kerap bersilang pendapat dalam mengambil sebuah keputusan.

Namun, perselisihan itu tidak sampai mengakibatkan terjadinya pecah kongsi di Berkshire. Sebab, meskipun tidak sependapat dengan Buffett atas satu hal, namun Munger mengembalikan semua keputusannya kepada Buffett semata-mata karena dialah yang memegang kekuasaan tertinggi di perusahaan tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline