Penampilan gemilang yang diperlihatkan Cristiano Ronaldo ketika Manchester United (MU) menghadapi Newcastle menunjukkan bahwa usia hanya sekadar "angka".
Disebut demikian, lantaran di usia 36 tahun, Ronaldo masih sanggup bermain dengan bagitu apik. Buktinya, ia mampu mempersembahkan dua gol, sekaligus membawa MU menang dengan skor yang cukup telak 4-1.
Hasil tersebut tak hanya mengukuhkan posisi MU di puncak klasemen Liga Inggris, tetapi juga menegaskan bahwa keputuskan MU untuk mendatangkan Ronaldo ke Stadion Old Trafford terbukti tepat.
Alhasil, meskipun MU mesti mengeluarkan dana sebesar 25-30 juta Euro untuk merekrutnya, namun kontribusi Ronaldo terhadap tim terasa sepadan.
Bahkan, jika Ronaldo tetap konsisten bermain ciamik sepanjang musim, seperti yang diperlihatkannya dalam pertandingan tersebut, maka boleh jadi, harga yang dibayarkan MU untuk mendapatkan tanda tangan Ronaldo terkesan "undervalue". Tampaknya hal itu bukan tanpa alasan, mengingat Ronaldo adalah "mesin gol" yang produktif. Sepanjang kariernya, ia telah bermain di lebih 1000 pertandingan, dan sukses menimbun hampir 800 gol.
Alhasil, dalam pertandingan berikutnya, bukan mustahil lumbung gol Ronaldo bakal terus bertambah. Meskipun usianya sekarang sudah menyentuh angka 36 tahun, tetapi fisiknya masih sanggup bermain di level tertinggi, sehingga kesempatan untuk menambah jumlah gol masih terbuka lebar.
Price to Earning Growth (PEG)
Strategi yang dipakai MU untuk merekrut Ronaldo mengingatkan saya pada rasio Price to Earning Growth (PEG), yang biasanya dipakai untuk menilai mahal-murahnya saham yang mempunyai sejarah pertumbuhan laba yang konsisten.
Rasio ini berupaya membandingkan antara Price to Earning Ratio (PER) dengan Compound Annual Growth Rate (CAGR).