Lihat ke Halaman Asli

Adica Wirawan

TERVERIFIKASI

"Sleeping Shareholder"

Cuti Bersama Lebaran Digeser, Perdagangan di BEI Bakal Lebih "Moncer"?

Diperbarui: 10 April 2020   12:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Cuti Bersama Lebaran/ sumber: jogja.tribunnews.com

Keputusan pemerintah yang "menggeser" cuti bersama Lebaran ke akhir tahun sepertinya akan mengubah "peta" perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Maklum, dengan adanya keputusan tadi, jumlah hari perdagangan pada bulan Mei akan bertambah banyak. Dari yang sebelumnya dijadwalkan hanya 12 hari kini jadi 17 hari.

Hal ini tentu mempunyai plus-minus, terutama dalam situasi yang penuh dengan ketidakpastian seperti sekarang. Nilai positifnya adalah perdagangan di BEI akan lebih aktif.

Sebelum keputusan ini diambil, transaksi harian di BEI memang belum begitu ramai. Hal ini menunjukkan bahwa investor masih belum berminat kembali ke pasar saham dalam waktu dekat.

Biarpun laporan keuangan tahunan yang dirilis perusahaan sudah lumayan banyak, dan hasilnya rata-rata baik, namun, hal itu tampaknya belum cukup "menghalau" rasa galau yang dialami investor, terutama sewaktu memandang prospek ekonomi Indonesia pada tahun ini.

Investor sepertinya masih menunggu data-data ekonomi terbaru, seperti laporan keuangan kuartal 1, pertumbuhan GDP, dan sukubunga acuan, sebelum mengambil keputusan. Jika hasilnya ternyata di atas harapan, boleh jadi, pasar saham akan kembali "bergairah" pada bulan Mei nanti.

Sementara, bagi perusahaan, digesernya cuti Lebaran akan memberi "oksigen" bagi bisnis. Jika sebelumnya roda usaha agak "macet" akibat wabah Virus Corona, sekarang perusahaan mempunyai lebih banyak waktu untuk menggenjot produksi, sekaligus mengatasi ketertinggalan pada kuartal kemarin.

Hal ini tentu dapat memperbaiki kinerja perusahaan. Kalau terus membaik, bukan mustahil, harga sahamnya akan pulih, dan optimisme pasar pun akan muncul.

Sebaliknya, nilai negatifnya adalah jika yang terjadi justru sebaliknya. Andaikan data-data tadi ternyata di bawah harapan, boleh jadi, bertambahnya jumlah hari perdagangan hanya akan menjadi "bom waktu", karena bisa saja bursa saham bakal merosot lebih dalam.

Kalau terjadi demikian, tentu saja, IHSG akan mengalami volatilitas yang cukup ekstreem seperti yang terjadi pada bulan maret kemarin. Oleh sebab itu, jauh-jauh hari, investor mesti menyiapkan mental dan dana yang cukup untuk menghadapi hal itu.

Selain itu, perubahan cuti Lebaran tadi juga "memaksa" investor untuk menyusun ulang strateginya untuk bulan Mei. Dari pengalaman tahun lalu, bulan Mei sebetulnya adalah waktu yang baik untuk menjual saham.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline