Lihat ke Halaman Asli

Adica Wirawan

TERVERIFIKASI

"Sleeping Shareholder"

"Daya Ekonomis" di Balik Kata "Gratis"

Diperbarui: 7 April 2020   19:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kata Gratis | sumber: iStock

Jika mencermati Google Trend seminggu terakhir, kita akan menemukan sesuatu yang menarik bahwa ternyata ada cukup banyak kata "gratis", yang memuncaki daftar trending di aplikasi tersebut, mulai dari "kuota gratis", "mudik gratis", hingga "tarif listrik gratis".

Hal ini tentu mengindikasikan bahwa kata gratis rupanya mempunyai "daya magis" tertentu, sehingga ada banyak orang yang tertarik mencari segala sesuatu yang sifatnya gratisan.

Sehubungan dengan hal itu, saya punya sebuah pengalaman yang menunjukkan betapa kuatnya pengaruh kata gratis. Pada tahun lalu, saya ingat pernah membagikan 4 tumbler secara cuma-cuma kepada teman-teman saya.

Tumbler ini sebetulnya adalah hadiah yang saya dapat setelah mengikuti sejumlah acara blogger, dan karena jumlahnya berlebih, saya kemudian memutuskan memberikannya kepada orang lain yang mungkin saja membutuhkannya.

Saya pun mengumumkan di grup whatsapp bahwa ada 4 tumbler yang ingin saya bagikan, dan bagi yang tertarik, silakan memberi tahu saya secepatnya; sebab siapa cepat, dia dapat.

Tidak sampai lima menit, grup wa yang tadinya sepi mendadak menjadi ramai. Ada banyak yang berebut menginginkan tumbler tadi, sampai-sampai saya pun mesti menengahi "kekisruhan" yang terjadi!

Walaupun cerita rebutan tadi berujung damai karena semuanya dibagikan secara adil, namun, yang menarik perhatian saya bukanlah antusiasme teman-teman saya yang begitu "berambisi" memiliki tumbler tadi, melainkan kenyataan bahwa kata "gratis" telah mengacaukan akal sehat mereka dengan sangat cepat.

Betapa tidak, tanpa memeriksa kualitas dan keaslian tumbler yang saya tawarkan terlebih dulu, mereka langsung mengambil sebuah keputusan setelah mendengar kata "gratis".

Bukankah ini adalah sebuah keputusan yang berisiko, mengingat saya bisa saja berbohong atau saya memberikan barang yang kualitasnya buruk, yang sebetulnya tidak begitu mereka inginkan?

Dalam situasi tadi, sepertinya tak ada yang sampai berpikir sampai ke sana, sehingga mereka cepat menyambut tawaran yang diembel-embeli kata "gratis"!

Uniknya, kata "gratis" ternyata mempunyai nilai ekonomis. Dalam bukunya yang berjudul Irrational Consumer, Dan Ariely menyebutkan bahwa kata "gratis" mempunyai daya pikat yang begitu kuat, hingga bisa dipakai untuk memetik keuntungan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline