Lihat ke Halaman Asli

Adica Wirawan

TERVERIFIKASI

"Sleeping Shareholder"

Cyberjek, Sang Penantang "Decacorn"

Diperbarui: 28 Agustus 2019   09:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

cyberjek (sumber: https://cyberthreat.id/gbr_artikel/cyberjek.jpg)

Baru-baru ini, industri transportasi online menyambut satu anggota baru. Namanya Cyberjek. Aplikasi yang dikelola PT Margonda Transportasi ini secara resmi diluncurkan pada tanggal 26 Agustus kemarin. 

Meskipun masih tergolong muda, Cyberjek disebut-sebut akan menjadi "penantang" Gojek dan Grab, dua perusahaan ternama yang sudah menyandang status "decacorn".

Sekilas layanan yang ditawarkan Cyberjek mirip dengan layanan yang disediakan "saudara tua"-nya itu. Ada layanan CyberRide, CyberCab, CyberFood, dan CyberSend. 

Meski begitu, manajemen Cyberjek memberi beberapa "nilai tambah" yang membuatnya berbeda dari aplikasi sejenis. Contohnya, dengan menggunakan Cyberjek, konsumen bisa melakukan tawar-menawar tarif. Keunggulan lain yang didapat mitra Cyberjek ialah tabungan pendidikan, asuransi, hingga cicilan servis kendaraan.

Kehadiran Cyberjek tentu menambah ketat persaingan transportasi online. Saat ini, industri transportasi online di Indonesia hanya dikuasai oleh Gojek dan Grab. Beberapa perusahaan sejenis dulu sempat muncul untuk "menggoyang" dominasi keduanya.

Sebut saja Uber yang beberapa tahun lalu pernah mengaspal di Indonesia. Pada waktu itu, Uber sudah mempunyai banyak mitra. Dari segi pendanaan, Uber sebetulnya tergolong kuat karena induk usahanya mempunyai modal yang besar. 

Teknologi? Jangan ditanya, sebab programmer yang bekerja di balik aplikasi Uber adalah programmer terbaik di bidangnya.

Uber Indonesia (sumber: https://cdn2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/uber-motor_20170228_211041.jpg)

Dengan keunggulan demikian, seharusnya Uber mampu bersaing dengan perusahaan lain. Namun, karena satu dan lain hal, ternyata Uber sulit bertahan, hingga akhirnya memutuskan hengkang dari pasar Indonesia.

Peristiwa itu sekaligus mengindikasikan bahwa persaingan antarperusahaan transportasi online berlangsung begitu "keras" dan "kejam". Uber yang mempunyai sumber daya yang berlimpah saja bisa terpental dari persaingan, apalagi perusahaan sejenis yang belum tentu kuat permodalannya.

Dalam menjalankan suatu bisnis, permodalan memang penting. Tanpa modal yang kokoh, jangan harap perusahaan bisa bertumbuh dengan cepat dan baik. 

Makanya, agar bisa bersaing dengan perusahaan lain yang sudah mapan, Cyberjek tentu memerlukan modal yang besar. Modal tadi dipakai untuk menjalankan operasional, mengembangkan aplikasi, melakukan ekspansi, menggencarkan promosi, dan menarik pelanggan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline