Lihat ke Halaman Asli

Adica Wirawan

TERVERIFIKASI

"Sleeping Shareholder"

Memilih "Sapi" yang Sehat di Bursa Saham

Diperbarui: 12 Agustus 2019   19:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sapi jenis simmental milik warga Boyolali, Jawa Tengah yang dibeli Presiden Jokowi untuk berkurban, Selasa (6/8/2019).(KOMPAS.com/LABIB ZAMANI)

Jelang Hari Idul Adha kemarin, sejumlah mobil yang mengangkut sapi terlihat berseliweran melintasi halaman depan rumah saya. Mobil tadi tentunya sedang mengantar sapi ke tempat pelanggan. 

Kalau dicermati, semakin dekat Hari Idul Adha, semakin banyak sapi yang diangkut. Jika sebelumnya hanya 1 sapi, kini sebuah mobil bak terbuka bisa membawa 2-3 sapi sekaligus.

Hal itu menunjukkan bahwa animo masyarakat dalam membeli sapi untuk kurban terbilang besar. Beberapa minggu sebelumnya, masyarakat sudah mendatangi sejumlah lokasi untuk memesan sapi. 

Masyarakat terlihat sibuk memilah sapi yang sesuai dengan kriteria. Kecermatan memang diperlukan dalam menyeleksi sapi yang akan dibeli. Masyarakat mesti memastikan bahwa sapi yang dibelinya berkualitas baik dan sehat.

Tentu ada beberapa pedoman yang bisa dipakai dalam memilih sapi yang unggul. Di antaranya adalah punya sertifikat kesehatan dari dinas terkait, tidak ada cacat fisik, dan berusia minimal 2-3 tahun. Kalau semua kriteria tadi terpenuhi, seekor sapi dikatakan sehat dan layak dibeli.

Cara memilih sapi tersebut sebetulnya mirip dengan cara menyeleksi saham. Sebab, keduanya sama-sama memerlukan ketelitian. Seperti memilih sapi, investor tentu ingin berinvestasi di saham-saham yang berkualitas baik dan sehat. Sebab, saham-saham jenis ini bisa memberikan banyak keuntungan bagi investor.

Sapi kurban (sumber: akcdn.detik.net.id)

Saham-saham yang unggul tentu punya kriteria tersendiri. Di antaranya adalah sehat arus kasnya. Saham-saham yang berkualitas baik umumnya memiliki arus kas yang kuat. Untuk mengetahui hal itu, investor bisa melirik Laporan Arus Kas-nya, baik yang kuartalan maupun tahunan.

Dalam menyortir saham, saya lebih senang mencermati laporan arus kas daripada laporan laba-rugi. Menurut saya, laporan ini lebih "jujur" menampilkan kondisi keuangan terkini. Dengan melihat arus kas, saya bisa mengetahui apakah suatu perusahaan masih menyimpan cadangan uang tunai atau tidak.

Ketersedian uang tunai dinilai penting. Kalau memiliki cukup uang di rekening, perusahaan tentu mampu membayar kegiatan operasional, melunasi utang, menyetor dividen, dan melindungi diri kalau-kalau terjadi krisis.

Tak hanya ada, kalau bisa, arus kas tersebut juga bertumbuh dari waktu ke waktu. Sama seperti laba, investor mesti mencermati pertumbuhan arus kas. Secara tersirat, pertumbuhan itu memperlihatkan bahwa bisnis dikelola dengan baik dan berjalan dengan lancar.

Saham PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) bisa menjadi contoh. Perusahaan rokok terbesar di Indonesia ini mempunyai arus kas yang positif dan bertumbuh dari tahun ke tahun. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline