Pemilihan Umum menjadi momentum yang tepat untuk meningkatkan pendapatan bisnis. Buktinya, jelang Pemilu, sejumlah merchant, seperti CGV, Snowbay, dan Bakmi GM, menawarkan banyak promo yang unik untuk menggaet para pelanggan. Mereka memberi diskon besar-besaran kepada pelanggan yang bisa menunjukkan "jari ungu" sewaktu melakukan pemesanan pada tanggal 17 April.
Hal itu kemudian menciptakan "euforia" di masyarakat, terutama bagi pemilih yang memberikan hak suaranya. Setelah selesai mencoblos, untuk mengisi waktu luang, mereka bisa "melipir" ke berbagai merchant tadi untuk menikmati beragam promo yang ditawarkan.
Euforia serupa tak hanya terjadi di sektor riil, tetapi juga di bursa saham. Bahkan, gegap-gempitanya sudah terasa beberapa bulan sebelumnya. Maklum, Pemilu selalu menjadi sentimen positif yang mampu menggerakkan harga saham.
Ada sejumlah sektor yang terkena "berkah" pemilu. Di antaranya adalah sektor konsumsi. Saham-saham yang bernaung di sektor ini "biasanya" akan terbang harganya lantaran tingkat konsumsi jelang Pemilu cenderung naik.
Hal itu tentu berimbas pada membaiknya performa perusahaan. Kalau kondisi itu terjadi, harga sahamnya pun akan terkerek. Makanya, saham-saham "beken" dari sektor konsumsi, seperti GGRM, HMSP, INDF, ICBP, dan UNVR, mulai dilirik dan dikoleksi oleh investor.
Sektor lain yang ikut tersihir oleh Efek Jari Ungu (Pemilu) ialah media. Media memang menjadi saluran yang efektif untuk mempromosikan calon pemimpin dan partai politik yang akan "bertarung" di Pemilihan Umum. Lewat media, masyarakat yang tadinya belum terpapar kampanye bisa dijangkau dengan mudah.
Oleh sebab itu, para calon pemimpin dan partai politik bersedia menggelontorkan banyak dana untuk beriklan di media. Asalkan promosi yang dilakukan bisa tersebar luas, sebanyak apapun uang yang dihabiskan tidak jadi masalah. Hal itulah yang kemudian bisa menambah "pundi-pundi" emiten yang bergerak di sektor media, seperti MNCN dan SCMA. Momen Pemilu boleh dibilang menjadi "masa panen" bagi emiten tadi.
Sektor berikutnya adalah infrastruktur. Saham-saham yang berada di sektor ini juga berpeluang naik harganya dengan catatan Jokowi terpilih kembali menjadi presiden. Maklum, Jokowi memang suka membangun infrastruktur. Selama empat tahun, pemerintahannya telah membuat banyak jalan, jembatan, embung, dan sarana infrastruktur lain.
Jokowi menilai bahwa pembangunan infrastruktur adalah "kunci" untuk pemerataan dan penggerak perekonomian. Hal itu tentu masuk akal. Kalau pemerintah rajin bangun jalan di berbagai daerah, tempat-tempat yang dilewati jalan itu akan bertumbuh dan berkembang. Di sekitar jalan itu akan dibangun perumahan, pasar, dan pusat bisnis lain. Roda ekonomi akan bergerak di sekitar siitu, dan kehidupan masyarakat setempat akan lebih sejahtera.