Lihat ke Halaman Asli

Adica Wirawan

TERVERIFIKASI

"Sleeping Shareholder"

"Minggu Kelabu" untuk Pemegang Saham LPPF

Diperbarui: 6 Maret 2019   12:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gerai Matahari Departement Store (sumber foto: img.beritasatu.com)

Awal bulan seperti saat ini biasanya disambut dengan penuh sukacita. Wajar, awal bulan adalah masa-masanya orang terima gaji. Setelah bekerja selama sebulan, akhirnya orang-orang bisa menikmati hasil jerih payah yang sudah dilakukan, dan itu tentu menimbulkan kegembiraan.

Meski demikian, hal itu sepertinya tidak berlaku untuk pemegang saham LPPF alias PT Matahari Departement Store. Awal bulan justru menimbulkan "petaka" untuk mereka. 

Pasalnya, sehari setelah perusahaan merilis Laporan Keuangan Tahunan 2018, harga saham LPPF langsung amblas 22%. Saham LPPF yang tadinya dihargai Rp 5.300-an/lembar "terjun bebas" menjadi Rp 4.200-an/lembar pada perdagangan 5 April 2018.

Hal itu sebetulnya di luar taksiran investor. Memang sepanjang tahun 2018, harga LPPF terus longsor sebagai akibat turunnya laba yang dicetak perusahaan. Saham LPPF yang dihargai 11.000-an pada bulan Januari 2018 meluncur menyentuh angka Rp 4.000-an pada bulan November 2018.

Pada bulan Desember 2018, sempat ada sentimen positif yang "mendongkrak" harga saham LPPF. Sentimen itu ialah libur akhir tahun. 

Pada masa libur, penjualan Matahari diprediksi akan "menggelembung". Jelang pergantian tahun, diperkirakan akan ada begitu banyak orang yang membeli pakaian di gerai-gerai Matahari.

Maklum, pada waktu tersebut, Matahari biasanya memberi diskon besar-besaran untuk setiap produknya dan hal itu tentu menarik minat konsumen untuk berbelanja. Kalau banyak yang memborong pakaian di gerainya, tentu pendapatan perusahaan akan bertambah. Labanya pun akan ikut naik.

Atas dasar itulah banyak investor yang kemudian berspekulasi. Mereka berasumsi bahwa kinerja perusahaan akan lebih baik pada akhir tahun lantaran meningkatnya angka penjualan. Setidaknya itu akan menjadi semacam "katalis" untuk memperbaiki kinerja perusahaan sepanjang tahun.

Tanpa data yang jelas, investor kemudian berbondong-bondong mengoleksi saham LPPF. Harga saham LPPF yang tadinya sempat terpuruk berangsur-angsur melejit hingga menyentuh Rp 7.000-an/ lembar pada bulan Januari 2019.

Pergerakan Saham LPPF (sumber: dokumentasi Adica)

Sebelumnya saya juga sempat terpincut membeli saham LPPF. Maklum, pada saat itu, harganya benar-benar murah dengan Price Earning Ratio (PER) hanya 6 kali. Namun, niat untuk memborong saham LPPF akhirnya batal setelah saya memeriksa laporan keuangan dan membaca prospek perusahaan.

Dari laporan keuangan kuartalan tahun 2018, terlihat bahwa laba yang berhasil dibukukan perusahaan terus turun. Biarpun Return on Equity (ROE)-nya masih di atas 50%, dan itu terbilang besar, tetapi kalau labanya anjlok, hal itu akan berpengaruh pada harga sahamnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline