Lihat ke Halaman Asli

Adica Wirawan

TERVERIFIKASI

"Sleeping Shareholder"

Belajar" Storytelling" di Panggung Karma

Diperbarui: 25 April 2018   17:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

www.viva.co.id

Panggung Karma tiba-tiba saja menjadi "hening" sewaktu seorang partisipan bernama Yati menuturkan kisahnya. Di hadapan Robby Purba dan Roy Kiyoshi, wanita bertubuh kurus itu mengisahkan bahwa ia telah menjalani pernikahan yang buruk selama 25 tahun.

Pasalnya, mantan suaminya sering melakukan kekerasan fisik terhadapnya. Dengan berurai air mata, ia menceritakan perlakuan mantan suaminya yang tega memukul, menendang, dan mengasarinya sepanjang usia pernikahan mereka. Makanya, kemudian ia menjadi sangat dendam dengan mantan suaminya.

Biarpun telah bercerai, penderitaan Yati ternyata belum usai. Sebab, ia punya masalah lain. Kali ini ia bermasalah dengan seorang tetangganya, yang tinggal di dekat kediamannya. Persoalan itu muncul setelah si tetangga mengaku melihat "sosok iblis" dalam diri Yati. Ia juga menyebutkan sering mengalami kerasukan sewaktu berjumpa dengannya.

Makanya, kemudian si tetangga menyebarkan isu yang bukan-bukan, dan menuduh bahwa Yati ialah dukun yang punya "ilmu hitam". Padahal, menurut pengakuan Yati, tuduhan itu ialah fitnah. Pasalnya, ia tak punya "ilmu hitam" apapun, dan tak ada niat untuk menyakiti siapapun.

Oleh sebab itu, dalam kondisi hati yang "remuk" itulah, Yati datang ke panggung Karma, menceritakan kisahnya di depan semua orang, berharap menemukan jalan keluar atas masalah yang melilitnya selama puluhan tahun. "Saya cuma ingin hidup normal," katanya, dengan suara terisak.

Setelah selesai menyimak kisahnya, hati saya "trenyuh". Saya seolah merasakan betul penderitaan yang dialaminya. Bayangkan kalau kita menjalani pernikahan yang buruk, memiliki pasangan yang sering main tangan, dan mendapat tuduhan palsu dari tetangga selama sekian tahun.

Kehidupan demikian tentunya sulit sekali "dipikul", "ditanggung", dan "dijalani". Makanya, sesudah mendengarkan ceritanya, pemirsa yang hadir di panggung itu pun terlihat menitikkan air mata. Kami larut dalam kesedihan dan ikut mendoakan kebaikan hidupnya nanti.

Dengan mengesampingkan benar-tidaknya reality show Karma, saya tertarik dengan penuturan yang disampaikan oleh para partisipannya. Sebab, penuturan itu termasuk storytelling.

Dalam kehidupan sehari-hari, storytelling bukan hanya sekadar "bumbu" dalam obrolan antarteman, melainkan juga teknik jitu untuk tujuan tertentu. Sebab, storytelling dapat dipakai untuk menjual dan memasarkan produk.

Dalam satu bukunya, All Marketers Are Liars, Seth Godin, seorang pakar pemasaran terkemuka, menyebut bahwa pemasar yang hebat adalah pemasar yang terampil menuturkan kisah. Ia membangun persepsi lewat cerita tentang produk yang dijualnya. Dari situlah, kemudian pelanggan tertarik membeli produk yang ditawarkan.

Godin sepertinya menyadari kekuatan sebuah cerita dalam memasarkan produk. Sebab, pada masa kini, pelanggan sudah bosan "dicekoki" teknik pemasaran gaya lama, yang hanya menonjolkan keunggulan produk semata. "Pelanggan zaman now" membutuhkan cerita tentang produk tersebut, bukan lagi fitur yang disediakan. Buktinya, kalau ingin membeli barang baru, pelanggan akan minta cerita pengalaman dari orang yang sudah memakainya. Semua itu tergolong pula sebagai storytelling.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline