Lihat ke Halaman Asli

Adica Wirawan

TERVERIFIKASI

"Sleeping Shareholder"

Waspadai "Modus" Penipuan lewat Whatsapp

Diperbarui: 14 April 2018   09:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber:akcdn.detik.net.id

Sekitar jam setengah enam sore kemarin (13/04), saudara saya tiba-tiba menelepon saya lewat whatsapp dengan suara yang terkesan janggal. Saya sebut "janggal" sebab ia berbicara dengan cepat dan agak terbata. "Lu lagi di mana sekarang? Lu lagi di mana sekarang?" Ia sempat mengulang pertanyaan itu beberapa kali di ujung telepon, dan saya menjawab sedang berada di rumah. "Ya udah, nanti lu baca chat gw ya." Ia menutup telepon. Pembicaraan berakhir. Namun, saya terus bertanya-tanya apa yang sebetulnya terjadi.

Pasalnya, tidak biasanya ia berbicara demikian. Akhirnya, saya menunggu chat darinya. Tak lama kemudian, chat-nya masuk, dan lagi-lagi ia membuat saya bingung. Sebab, ia menampilkan screenshot kontak whatsapp dengan foto saya di dalamnya.

Di kontak itu, terdapat dua buah nomor. Yang di atas ialah nomor tidak dikenal. Yang di bawahnya ialah nomor saya. Sewaktu ia bertanya yang mana nomor saya, saya menjawab yang bawah, dan kemudian ia memberi penjelasan bahwa seseorang telah menggunakan foto saya untuk memperdayanya.

Awalnya saudara saya sempat "terjebak". Maklum saja, foto yang dipakainya di akun whatsapp memang foto lama saya, yang diambil beberapa tahun lalu. Apalagi ia juga mengetahui nama saya.

Makanya, saudara saya tak menaruh curiga terhadap chat dari si penipu. Ia pun melayani obrolan si penipu dengan santai. Namun, kecurigaannya baru muncul sewaktu si penipu mendesaknya supaya mentransfer uang sebesar 80 juta rupiah ke nomor rekening orang lain, bukan atas nama saya.

upaya si penipu untuk memperdaya saudara saya (sumber: dokpri)

Saudara saya mencoba menelepon si penipu, tetapi tidak diangkat. Lalu, ia menelepon nomor saya yang asli, dan saya mengangkatnya seperti disebutkan di atas. Dari situlah kemudian ia memastikan hampir ditipu.

Alih-alih, menghentikan komunikasi dengan si penipu, saudara saya malah memutuskan "menjebak balik" si penipu. Ia bertanya macam-macam, seperti nama anjing peliharaannya, dan si penipu terus memberi jawaban yang ngawur. Akhirnya, si penipu menjadi "bulan-bulanan" dalam obrolan dan mendapat semprotan caci-maki darinya. Wkwkwkwkwkwkwk.

Dari kasus di atas, kita jadi mengetahui bahwa modus penipuan sudah "merambah" whatsapp. Hal itu terjadi barangkali akibat pemberlakuan registrasi nomor telepon yang gencar dilakukan pemerintah. Pasalnya, kalau menggunakan nomor hp yang sudah diregistrasi untuk memperdaya calon "mangsa"-nya, identitas si penipu akan terbongkar dengan jelas. Sebab, kepolisian bisa melacak data diri si penipu lewat nomor teleponnya.

Makanya, kemudian modus penipuan beralih memakai layanan whatsapp. Sebab, whatsapp tak bisa membedakan mana nomor yang masih aktif dan mana yang tidak. Jadi, kalau kita menggunakan nomor yang sudah lama nonaktif sekalipun, kita masih bisa menggunakan whatsapp.

Buktinya, beberapa bulan lalu, ketika nomor saya diblokir oleh provider akibat lupa isi ulang pulsa, saya masih bisa berkomunikasi memakai whatsapp dengan nomor tersebut!

"Celah" itulah yang kemudian bisa dimanfaatkan oknum-oknum tertentu untuk menipu orang lain. Dengan menggunakan whatsapp, si penipu bisa melancarkan aksinya, biarpun nomor yang tercatat di akunnya sudah nonaktif.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline