Lihat ke Halaman Asli

Adica Wirawan

TERVERIFIKASI

"Sleeping Shareholder"

Manajemen "Startup" Lebih "Peduli" terhadap Kebahagiaan Karyawannya?

Diperbarui: 11 November 2017   14:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber foto: http://www.businessnewsdaily.com

Dalam "rapat akbar" yang diadakan di hall kantor kemarin sore, manajemen kantor menampilkan suatu indeks kebahagiaan karyawan, yang segera "menyita" perhatian saya. Indeks tersebut berbentuk grafik batang, yang memperlihatkan tingkat kepuasan karyawan sewaktu beraktivitas di kantor startup yang berbasis pendidikan tersebut.

Indeks itu sebetulnya diambil dari data kuesioner yang disebar di grup Whatsapp. Seminggu sebelumnya, staf HR memang meminta semua karyawan, termasuk saya, untuk mengisi daftar pertanyaan tersebut.

Ternyata pertanyaan itulah yang dijadikan "barometer" dalam menentukan tingkat kegembiraan karyawan di kantor. Dari tiga ratus karyawan, sebanyak dua ratusan tercatat menjawab pertanyaan tersebut, dan data itu kemudian diolah menjadi grafik dengan sejumlah kategori.

Seperti sudah disinggung tadi, manajemen, terutama bos saya, kemudian mempresentasikan hasilnya. Hasilnya ternyata bermacam-macam. Misalnya saja, dalam hal fasilitas kantor, responden rata-rata mengaku "senang".

Buktinya, dari skala 1-6, mayoritas memberi nilai 4 dan 5. Saya pun maklum. Pasalnya, kantor memang menyediakan sejumlah layanan yang "oke" punya, terutama di pantry yang mana di situ tersedia makanan dan beragam peralatan, seperti kompor, kulkas, dan alat masak lainnya.

Makanya, jangan heran kalau pada waktu senggang, sejumlah karyawan bisa membikin mie instan di situ. Belum lagi, kecepatan internet yang baik turut meningkatkan kualitas fasilitasnya.

Berkat itu pula, kuota saya yang biasa diisi 100 ribu per bulan "susah" habis, terbantu oleh akses internet yang kencang di kantor. Hahahahahahahahaha.

Namun demikian, kategori lain justru menunjukkan hasil berbeda. Sebut saja dalam hal kegembiraan bekerja, mayoritas masih memberi nilai 2 dan 3. Ternyata kami yang bekerja di situ enggak begitu fun menyelesaikan "amanah" dari kantor.

Akhirnya, presentasi itu pun ditutup dengan sebuah rencana bahwa manajemen akan membuat program baru untuk "mendongkrak" kebahagiaan karyawannya, agar kami semua merasa happy dan enjoy bekerja di kantor.

suasana hall tempat diadakannya rapat (sumber: dokumentasi pribadi)

Bagi saya, upaya itu adalah sebuah terobosan. Jarang saya menjumpai kantor yang peduli terhadap tingkat kebahagiaan karyawannya. Bahkan, kantor tempat saya bekerja terdahulu pun tidak pernah melakukannya.

Saya kemudian jadi bertanya-tanya, "Apa sebetulnya maksud manajemen melakukan survei demikian? Apa pula pentingnya survei tentang tingkat kebahagiaan karyawan di kantor, dan perlukah survei demikian dilaksanakan secara berkala?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline