Lihat ke Halaman Asli

Adica Wirawan

TERVERIFIKASI

"Sleeping Shareholder"

Di Balik Kisah Yosi, Anak yang Rutin Menjalani Cuci Darah

Diperbarui: 28 September 2017   16:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber ilustrasi: www.kompas.com

Sewaktu saya masih duduk di bangku SD, teman saya, Yosi, jarang masuk sekolah. Dalam seminggu, bisa beberapa hari dia absen di kelas. Seingat saya, Yosi adalah anak baik-baik, yang enggan menghabiskan waktu dan uang jajannya di rental PS. Jadi, kalau tidak "berkeliaran" di situ, ke manakah dia pergi?

Saya merasa penasaran, dan rasa penasaran itu akhirnya terjawab setelah wali kelas menjelaskan bahwa Yosi harus menjalani cuci darah setiap minggu. Pada saat itu, saya tidak memahami sedikit pun soal cuci darah atau penyakit yang membikin seseorang harus melakukannya secara berkala.

Namun, setelah agak dewasa, saya mengetahui kalau penyebabnya adalah penyakit gagal ginjal. Jadi, dalam usia yang masih muda, Yosi sudah mengidap penyakit seberat itu!

Walaupun harus menjalani cuci darah di rumah sakit seminggu sekali, sayangnya, Yosi bertahan hidup sampai umur sebelas tahun saja. Fisiknya terlalu lemah untuk menanggung penyakit itu.

Saya masih bisa mengingat beberapa teman perempuan menangis di selasar kelas atas kepergian Yosi. Betapa sedihnya kalau kita harus berpisah dengan seorang teman yang sudah belajar sekian tahun bersama kita!

Calon Bayi Bisa Menjadi Peserta BPJS Kesehatan

Peristiwa itu telah lama berlalu. Namun demikian, pengalaman itu kembali "terbetot" dari "gudang memori" saya setelah saya mendengar penjelasan Bapak Gunadi, selaku Deputi Direksi Bidang Operasional Teknologi dan Informasi BPJS Kesehatan, dalam acara Kopiwriting Kompasiana, pada tanggal 25 September 2017.

Pak Gunadi menjelaskan aplikasi mobile JKN (sumber: dokumentasi pribadi)

Biarpun tidak menyebutkan data secara spesifik, Pak Gunadi menerangkan bahwa kasus anak-anak yang harus melakukan cuci darah cukup banyak. Namun demikian, anak-anak tersebut cukup beruntung lantaran semua biaya cuci darah ditanggung oleh BPJS Kesehatan.

Sekadar informasi saja, dalam satu kali cuci darah, seseorang harus menggelontorkan uang minimal setengah satu juta rupiah. Bisa dibayangkan berapa rupiah yang harus dikeluarkan apabila kegiatan itu dilakukan setiap bulan! Tentu saja hal itu akan membebani keuangan keluarga. (Saya membayangkan betapa beratnya tanggungan yang harus emban orangtua Yosi sewaktu mengurus proses pengobatan Yosi.)

Sejak berubah nama pada tahun 2014, BPJS Kesehatan memang telah membantu banyak masyarakat Indonesia dalam memperoleh akses layanan rumah sakit, sehingga semua orang bisa mendapat layanan kesehatan secara rata. Berkat adanya BPJS Kesehatan, orang-orang tak perlu lagi takut memikirkan biaya rumah sakit yang mahal. Pasalnya, mayoritas biaya tersebut disokong oleh BPJS Kesehatan.

Makanya, BPJS Kesehatan bisa dinikmati oleh semua orang, termasuk anak-anak. Awalnya, saya berpikir bahwa layanan BPJS Kesehatan hanya bisa diakses oleh mereka yang sudah punya KTP alias di atas umur tujuh belas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline