Keiko, aku menulis pesan ini karena bisa saja inilah pesan "terakhir"-ku untukmu.
Lewat pesan ini, aku ingin menyampaikan betapa beruntungnya diriku bisa berjumpa denganmu.
Kau tentu ingat awal perjumpaan kita. Ya, pada saat itu, hujan turun dengan derasnya, memaksa semua pejalan kaki berteduh di emperan toko, termasuk diriku sendiri yang sedang mengambil pesanan pelanggan.
Kadang aku sendiri sering heran. Mengapa semua kisah cinta sering "diawali" dengan hujan? Ingat serial Goblin? Bukankah Kimshin juga berpapasan pertama kali dengan Ji Eun-tak tatkala hari sedang hujan?
Kebetulan? Bisa jadi. Namun, yang jelas, saat berteduh di depan sebuah toko itulah, aku "terpaku" dan "terpukau" melihat sosokmu yang menawan hati. Mataku seolah "tersihir" oleh pesonamu sehingga aku betah memandangmu berlama-lama.
Entah mengapa, pada waktu, terasa "desir" yang samar di hatiku. Sebuah perasaan yang telah sangat lama belum pernah kualami lagi. Mungkin sepuluh tahun lalu. Mungkin juga lebih. Namun, siapa yang peduli?
Ibarat percikan api, perasaan itu hanya sedikit memberi "kejelasan". Aku belum bisa memastikan perasaanku padamu kala itu. Makanya, begitu hujan mulai reda, aku pun berlalu, masih menyisakan sedikit perasaan "aneh" di relung hatiku.
Namun demikian, aku terus saja memikirkanmu. Di dalam pikiranku masih terbayang sosokmu, terutama tatapan matamu yang teduh, penuh kasih dan damai.
Alih-alih terus "dihantui" sosokmu, aku memutuskan kembali ke tempat kita bertemu. Tentu saja aku berharap bisa berjumpa denganmu lagi.
Dengan penasaran, aku bermobil santai menyusuri jalan yang padat. Bagiku, kemacetan seperti itu sudah menjadi "santapan" sehari-hari.
Maklum saja, itulah risiko yang harus ditanggung oleh seseorang yang bekerja sebagai sopir taksi online seperti diriku. Jadi, alih-alih stres, sewot, dan ngomel, aku lebih suka menyetel musik di mobil.