Lihat ke Halaman Asli

Adica Wirawan

TERVERIFIKASI

"Sleeping Shareholder"

Mengapa "Toilet Pintar" Senilai Rp 160 Juta Kurang Nyaman Digunakan?

Diperbarui: 5 April 2017   01:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

toilet pintar/ https://cbsistatic.com

Revolusi teknologi tak melulu terjadi di dunia perangkat seluler dan komputer, tapi juga di wilayah sanitasi, khususnya toilet. Buktinya, kini telah muncul sejumlah perusahaan yang mengembangkan teknologi “toilet pintar”.

Sebut saja “toilet pintar” yang terdapat di kawasan Beijing, Tiongkok. Pemerintah setempat sudah menerapkan teknologi facial recognition di toilet umum yang terdapat di sejumlah lokasi wisata.

Teknologi itu bertujuan membatasi penggunaan kertas tisu di toilet umum. Pembatasan itu dilakukan karena sebelumnya sejumlah turis mengeluh sering kehabisan tisu sewaktu akan memakai toilet umum.

Akibatnya, kondisi toilet menjadi kotor dan hal itu tentunya mengganggu kenyamanan pengunjung. Setelah dilakukan penyelidikan, barulah diketahui bahwa penyebabnya adalah perilaku turis yang sering memboroskan kertas tisu yang tersedia.

"Orang-orang mengambil banyak tisu terutama karena mereka khawatir tak dapat memperolehnya lagi ketika mereka ingin menggunakannya pada waktu berikutnya. Namun, jika kami dapat menyediakan teknologi itu di setiap toilet, kebanyakan orang tak akan melakukannya lagi," kata Zhan Zhan Dongmei, seorang peneliti dari China Tourism Academy.

Untuk menggunakan fasilitas itu, setiap pengunjung akan dipindai wajahnya dan mesin facial recognition kemudian memberi “jatah” tisu yang bisa dipakai.

toilet di china dilengkapi facial recognition/ https://vox-cdn.com

Kemudian, perusahaan asal Jepang, Toto Actilite, juga telah memasarkan perangkat toilet pintar lain yang dinamakan Washlet. Washlet adalah tongkat robotik yang terpasang di kloset.

Perangkat itu punya banyak fungsi, seperti mengucurkan air untuk membersihkan kotoran, mengeluarkan udara hangat untuk proses pengeringan, dan menyeprotkan pengharum ruangan secara otomatis. Selain itu, alat tersebut juga dilengkapi lampu ultraviolet yang bertujuan membunuh bakteri setelah kloset selesai digunakan.

tongkat robotik di washlet/ http://bbc.co.uk

Belum lagi, Lixil juga meluncurkan perangkat yang mirip dengan Washlet, yaitu Satis G-Type. Perangkat itu terkoneksi dengan internet dan bluetooth, sehingga sewaktu akan memakainya, terlebih dulu kita harus mengunduh aplikasi My Satis di ponsel. Tak hanya sebagai remot kontrol, aplikasi itu juga berfungsi memantau pola buang air yang biasa kita lakukan sebagai informasi kesehatan.

inilah Satis G-Type/ http://www.lixil.co.th

Biarpun terkesan rumit digunakan, perangkat itu cukup populer di Jepang, terutama bagi pengguna toilet yang “hobi” berinternet sewaktu buang air. Sayangnya, untuk membeli perangkat itu, kita harus merogoh kocek yang dalam karena Lixil membandrolnya dengan harga sekitar Rp 65 juta per unitnya.

Angka itu sebetulnya “lebih murah” daripada Washlet yang dihargai sekitar Rp 160 juta. Biarpun demikian, tetap saja toilet tersebut belum bisa dipakai di setiap rumah lantaran harganya menguras banyak isi dompet.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline