Lihat ke Halaman Asli

Adica Wirawan

TERVERIFIKASI

"Sleeping Shareholder"

Dikotomi "Box Office" di Jagad Perfilman Indonesia

Diperbarui: 31 Maret 2017   04:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

film-film box office tanah air/ http://indonesiashow.biz

Perhelatan Indonesian Box Office Movie Awards atau IBOMA 2017 yang berlangsung pada tanggal 29 Maret 2017 menobatkan film Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 1 sebagai film terlaris sepanjang masa.

Film yang mengangkat kembali kisah trio komedian legendaris Indonesia itu berhak menyabet penghargaan tersebut setelah berhasil “menyedot” lebih dari 6 juta penonton sepanjang pemutarannya di bioskop-bioskop tanah air.

Pada ajang itu disebutkan pula sejumlah film, yang menyabet predikat box office sepanjang tahun 2016. Film-film itu di antaranya ialah Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 1, Ada Apa Dengan Cinta 2, My Stupid Boss, Hangout, Rudy Habibie (Habibie & Ainun 2), Koala Kumal, Comic 8: Casino Kings Part 2, I Love You From 38.000 Feet, Cek Toko Sebelah, dan London Love Story.

Film Cek Toko Sebelah terpilih menjadi film Box Office Terbaik dengan total jumlah penonton yang mencapai lebih dari 2,5 juta. Sebuah angka fantastis, yang bikin tercengang semua kru pembuatnya, termasuk Ernest Prakasa, yang kemudian juga menyabet gelar Penulis Skenario Terbaik pada ajang itu.

Acara yang mirip Academy Award versi Indonesia itu tentu menarik dibahas lantaran kita jadi lebih mengetahui jumlah penonton yang berhasil digaet oleh film-film di atas. Hal itu bisa menjadi sebuah “barometer” bagi semua insan perfilman, termasuk sutradara, untuk “membaca” selera pasar masyarakat terhadap film lokal.

Hanung Bramantyo, misalnya, pada sebuah kesempatan menuturkan bahwa ia membutuhkan sebuah patokan agar bisa menciptakan film yang disukai masyarakat indonesia. Salah satu caranya adalah lewat perhelatan seperti IBOMA.

"Jadi kalau saya bisa dapat data (jumlah penonton) maka saya jadi tahu harus membuat film seperti apa. IBOS itu penting untuk dijadikan parameter. Jadi, parameternya enggak sama film Indonesia melulu." lanjut sutradara yang telah mengarahkan 30-an judul film itu, seperti dikutip di situs kapanlagi.com.

Hanung mungkin satu di antara sekian sutradara yang bersuara positif terhadap acara seperti IBOMA. Baginya, acara itu tak akan “menelanjangi” isi dapur produksi, tetapi menjadi sebuah bahan koreksi atas karya yang dibuat.

Namun, suara itu ternyata mendapat sejumlah pertentangan, terutama dari pemerintah. Baru-baru ini, pemerintah menolak hibah Korea Selatan sebesar US$ 5,5 juta lewat Program Integrated Box Office System (IBOS).

Menurut Anggota Komisi X DPR dari F-PDIP, Sofyan Tan, rencana hibah tersebut berpotensi merendahkan harga diri bangsa Indonesia. Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) harus mewaspadai motivasi Korea Selatan memberikan hibah tersebut. Sebab Korsel saat ini sedang gencargencarnya memasarkan industri perfilman mereka ke luar negeri.

“Kewaspadaan itu sangat penting. Sebab, jika langsung diterima, maka taruhannya sangatlah besar. Sebab, Indonesia harus membuka rahasia industri perfilmannya,” kata Sofyan dalam keterangan tertulisnya, sebagaimana dikutip di situs beritasatu.com.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline