Sewaktu petugas PMI akan menusukkan jarum suntik ke pembuluh darah di tangan kiri saya, sejenak saya memalingkan wajah. “Ambil napas, dan tahan,” katanya, dengan suara tenang. Saya menuruti saja instruksi yang disampaikan, dan segera ujung jarum yang runcing menancap di tangan.
Duh!
Darah segar pun mengalir melalui selang kecil dan mengisi kantong darah, yang terus saja digoyangkan oleh alat. Itulah sekilas momen yang saya alami sewaktu menjadi peserta donor darah di WVK Bekasi pada tanggal 30 Oktober 2016.
Barangkali, di antara serangkaian proses donor darah, “momen” itulah yang membikin sejumlah orang ogah menjadi peserta donor. Alasannya? “Takut jarum suntik”. Sebagian orang mungkin mempunyai fobia terhadap jarum suntik.
Fobia itu bisa saja muncul lantaran pengalaman buruk yang terjadi sewaktu orang itu pernah “berurusan” dengan jarum suntik pada masa lalu. Oleh sebab itu, sewaktu diajak mendonorkan darahnya, seseorang bisa berpikir seribu kali, lantaran terngiang oleh “seramnya” jarum suntik.
Belum lagi, desas-desus yang terdengar bahwa sehabis mendonorkan darah, kita bisa jatuh pingsan. Peristiwa itu memang pernah terjadi, terutama pada seseorang yang baru pertama kali donor darah.
Semua itu terjadi lantaran peserta donor langsung bangkit dari matras walaupun sempat merasa agak pusing (Untuk mengatasi rasa pusing yang muncul, saya akan menjelaskannya lebih detail di paragraf berikutnya). Bisa saja, desas-desus itu pula yang tambah mengecilkan niat seseorang untuk ikut donor darah.
Biarpun demikian, manfaat yang dapat dipetik barangkali bisa menjadi inspirasi untuk ikut berpartisipasi mendonorkan darah. Setelah beberapa kali menjalani donor darah, saya merasakan sejumlah manfaat.
Pertama, sewaktu mendonorkan darah, saya bisa sekalian memeriksakan kondisi kesehatan saya. Potensi penyakit akut, seperti penyakit darah tinggi, dapat terdeteksi sejak dini lewat kegiatan itu.
Selain itu, kondisi hemoglobin (darah) saya dapat terpantau. Sebagaimana diketahui, hemoglobin adalah zat yang berfungsi mengangkut nutrisi, mempertahankan imun tubuh, dan mengikat oksigen. Dalam kondisi normal, hemoglobin pria dewasa berada pada kisaran 13 hb (gr/100mg), wanita dewasa 12 hb (gr/100mg), dan anak-anak 12 hb (gr/100mg).
Jadi, kalau hemoglobin di tubuh saya di bawah kisaran itu, saya berpeluang terkena sejumlah penyakit, seperti anemia. Untuk menghindarinya, pemeriksaan harus dilakukan. Salah satunya bisa dilakukan sewaktu kita akan donor darah.