Setelah lima puluh tahun bersama, akhirnya, kami sepakat melangsungkan pernikahan “kembali”. Sudah sedemikian lama, aku tidak lagi memakai gaun pernikahan. Namun, sewaktu mengenakan gaun kuning cerah ini, aku merasa menjadi jauh lebih muda, dan semua kenangan selama lima puluh tahun sebelumnya hadir di dalam ingatanku, seolah kejadian itu baru saja berlangsung kemarin sore.
Suamiku yang sudah setia mendampingiku sekian lama terlihat tampan pada malam itu. Ia mengenakan kemeja putih yang dibalut jas hitam. Rambutnya yang sudah beruban tersisir rapi ke belakang. Namun demikian, dasi kupu-kupu yang dikenakannya terlihat miring. Oleh sebab itu, dengan sigap, aku membetulkan letaknya. Ia tersenyum menatapku dan aku bisa melihat bayangan wajahku terpantul di kacamatanya yang tebal.
Pintu aula terbuka perlahan-lahan, dan kemudian terdengarlah alunan lagu “Gereja Tua” karya Panbers. Sebuah lagu yang membetot semua kenangan manis di dalam gudang kesadaran kami.
Hanya satu yang tak terlupakan
Kala senja di gereja tua
Waktu itu hujan rintik-rintik
Kita berteduh di bawah atapnya
Kita berdiri begitu rapat
Hingga suasana begitu hangat
Tanganmu kupegang erat-erat
Kenangan itu selalu kuingat